Kamis 01 May 2025 07:27 WIB

Sejarah Hari Buruh: Kisah di Balik May Day

Asal-usul 'May Day' tidak bisa dipisahkan dari perjuangan buruh menuntut haknya.

Massa buruh melakukan aksi di kawasan Bundaran HI, Jakarta.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Massa buruh melakukan aksi di kawasan Bundaran HI, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanggal 1 Mei dikenal sebagai perayaan hari buruh internasional, yang juga disebut dengan istilah May Day. Momen itu diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara. Biasanya, buruh mengorganisasi aksi massa untuk menuntut pemenuhan hak.

Bagaimana sejarah munculnya hari buruh tersebut? Dikutip dari laman Marxists, asal-usul May Day tidak dapat dipisahkan dari perjuangan buruh untuk mendapat hari kerja yang lebih pendek, yang jadi tuntutan utama bagi kelas pekerja.

Baca Juga

Perjuangan itu berawal hampir sejak permulaan sistem pabrik di Amerika Serikat (AS). Tuntutan untuk mendapat upah yang lebih tinggi juga menjadi penyebab paling umum dari pemogokan awal di AS, selain ekspektasi mendapat jam kerja yang lebih pendek dan manusiawi, serta hak untuk berserikat.

Keluhan para pekerja di AS mengenai bekerja sejak 'matahari terbit hingga terbenam' (sekitar 14-18 jam sehari) sudah diutarakan sejak awal abad ke-19. Karena eksploitasi menjadi semakin intensif, para pekerja merumuskan tuntutan terhadap para bos dan pemerintah.

Era 1820-an sampai 1830-an penuh dengan pemogokan terkait pengajuan tuntutan itu. Serikat Mekanika Philadelphia dianggap sebagai serikat buruh pertama di dunia, yang terbentuk usai pemogokan pekerja perdagangan bangunan di Philadelphia pada 1827.

Akan tetapi, aksi mogok pertama di kalangan kelas pekerja AS terjadi pada 1806, dilakukan oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan itu lantas mengusung perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di AS.

Pada 5 September 1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di New York, AS. Sebanyak 20 ribu orang berparade membawa spanduk bertulisan '8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi'. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar ke semua negara bagian di AS.

Berlanjut dengan kongres internasional pertama pada September 1866 di Jenewa, Swiss, yang menetapkan tuntutan mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari. Di tahun sama, upaya itu juga telah dilakukan National Labour Union di AS.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement