REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Presiden Dewan Eropa Antonio Costa menyatakan belum ada bukti bahwa serangan siber menjadi penyebab terputusnya aliran listrik yang meluas di Spanyol dan Portugal. Costa mengatakan bahwa ia telah berkomunikasi melalui telepon dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dan Perdana Menteri Portugal Luis Montenegro terkait insiden mati listrik di kedua negara tersebut.
"Operator jaringan listrik di kedua negara masih bekerja untuk mencari penyebab (mati listrik) dan memulihkan aliran listrik," kata Costa melalui media sosial X pada Senin (28/4/2025).
Costa menyatakan bahwa "hingga saat ini, belum ada indikasi akan adanya suatu serangan siber". Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga telah berbicara dengan PM Sanchez dan menyatakan dukungan mereka dalam memantau situasi bersama otoritas setempat dan Uni Eropa serta Kelompok Koordinasi Kelistrikan EU.
"Kami akan mengoordinasikan upaya dan saling berbagi informasi untuk membantu memulihkan sistem kelistrikan, dan kami sepakat tetap menjaga komunikasi," kata Presiden Komisi Eropa.
Terpisah, perusahaan penyedia layanan listrik Spanyol Red Electrica menyatakan bahwa mati listrik berlangsung kira-kira 6 sampai 10 jam. Insiden mati listrik besar-besaran di Semenanjung Iberia terjadi di sejumlah besar wilayah di Portugal, Spanyol, dan Andorra -- negara kecil di perbatasan Spanyol dan Prancis -- pada Ahad (27/4/2025) siang waktu setempat.
Sebagian wilayah Prancis juga dilaporkan terdampak gangguan aliran listrik tersebut. Otoritas setempat tengah menyelidiki penyebab insiden tersebut. Sementara, Institut Nasional Keamanan Siber Spanyol masih mempelajari kemungkinan adanya serangan siber sebagai penyebabnya.
Pemerintah Spanyol juga menggelar rapat darurat dengan Red Electrica bersama PM Spanyol dan sejumlah menteri kabinet. Rapat tersebut adalah untuk mengoordinasikan tindakan untuk mengatasi mati listrik.