Ahad 27 Apr 2025 06:47 WIB

Monolog Kesaksian Nyai Apun Gencay, Kisah Perempuan Cianjur yang Ditindas di Masa Kolonial

Penonton diajak mengingat kembali tokoh perempuan yang hilang dalam sejarah kolonial.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Mas Alamil Huda
Sebuah monolog Kesaksian Nyai Apun Gencay yang diadaptasi dari novel Cinta, Kopi, dan Kekuasaan karya Saep Lukman dipentaskan di Alpha Chill & Dine, Kabupaten Cianjur, Jumat (25/4/2025) malam.
Foto: Dok Republika
Sebuah monolog Kesaksian Nyai Apun Gencay yang diadaptasi dari novel Cinta, Kopi, dan Kekuasaan karya Saep Lukman dipentaskan di Alpha Chill & Dine, Kabupaten Cianjur, Jumat (25/4/2025) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Sebuah monolog Kesaksian Nyai Apun Gencay yang diadaptasi dari novel Cinta, Kopi, dan Kekuasaan karya Saep Lukman dipentaskan di Alpha Chill & Dine, Kabupaten Cianjur, Jumat (25/4/2025) malam. Pementasan tersebut mengangkat kisah perempuan yang ditindas di masa kolonial di Cianjur.

Karya yang disutradarai oleh Rachman Sabur ini diperankan oleh Wina Rezky Agustina, dosen Universitas Suryakencana Cianjur. Ia memerankan sebagai sosok Apun Gencay yang menampilkan diri dalam monolog ini sebagai bentuk perlawanan.

Baca Juga

Dalam monolognya, Apun Gencay yang memakai kebaya merah berdiri dengan suara yang menggema. Ia mengajak penonton untuk mengingat kembali tokoh perempuan yang hilang dalam sejarah kolonial.

Naskah yang ditulis oleh Wida Waridah ini mengajak penonton untuk membuka kesadaran baru tentang kondisi perempuan di masa kolonial yang luput dibicarakan. Sutradara ingin mengajak penonton menafsirkan sejarah perempuan dalam banyak kolonialisme.

Penulis novel Cinta, Kopi, dan Kekuasaan: Kesaksian Nyai Apun Gencay, Saep Lukman mengaku terharu dan bangga melihat monolog tersebut. Ia mengaku merasa tersentuh dengan penampilan dari dosen Universitas Suryakancana tersebut.

"Saya sangat tersentuh, lebih dari 144 halaman novel berhasil dijelmakan dalam satu tubuh, satu suara, dan satu malam," ucap dia, Jumat (25/4/2025) malam.

Ia mengaku berterima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pementasan monolog tersebut mulai dari sutradara, penulis naskah, pemeran hingga tim lainnya. "Ini lebih dari pertunjukan semoga menjadi ruang bagi ekspresi dan diskursus sejarah,” ungkap Saep.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement