Kamis 24 Apr 2025 16:53 WIB

Jerman, Prancis, Inggris Resmi Desak Israel Buka Blokade Bantuan Kemanusiaan Masuk Gaza

"Keputusan Israel untuk memblok bantuan masuk ke Gaza tidak bisa ditoleransi."

Pemandangan tenda kamp darurat bagi warga Palestina yang mengungsi akibat serangan udara dan darat Israel di Jalur Gaza, di Kota Gaza, Sabtu, 19 April 2025.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Pemandangan tenda kamp darurat bagi warga Palestina yang mengungsi akibat serangan udara dan darat Israel di Jalur Gaza, di Kota Gaza, Sabtu, 19 April 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Jerman, Prancis, dan Inggris Raya pada Rabu (23/4/2025) secara resmi mendesak Israel untuk membuka blokade bantuan kemanusiaan masuk Gaza. Seperti dilaporkan AFP, ketiga negara mengingatkan "risiko akut dari kelaparan, wabah dan penyakit, dan kematian" mengintai populasi di Gaza.

"Ini harus diakhiri" demikan tertulis dalam pernyataan bersama tiga menteri luar negeri dari ketiga negara. "Kami mendesak Israel untuk segera melanjutkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza untuk menjawab kebutuhan mendesak warga sipil."

Baca Juga

Permintaan resmi tiga negara Eropa itu di tengah samakin meningkatnya krisis kemanusiaan di Gaza menyusul 18 bulan perang dan blokade penuh oleh Israel sejak 2 Maret 2025. PBB juga telah berulang kali mengeluarkan peringatan akan kondisi memburuk Gaza yang dihuni sekitar 2,4 juta jiwa.

"Keputusan Israel untuk memblok bantuan masuk ke Gaza tidak bisa ditoleransi," kata tiga menteri Eropa dalam pernyataan bersamanya.

Mereka juga mengkritisi pernyataan Menteri Pertahanan Israel Katz yang mempolitisasi isu bantuan kemanusiaan dan menggambarkan rencana Israel untuk tetap di Gaza setelah perang "tidak bisa diterima".

"Bantuan kemanusiaan tidak boleh dijadikan alat politik dan teritori Palestina harus tidak dikurangi atau menjadi subjek dari perubahan demografi."

Pekan lalu, Katz mengatakan, Israel akan melanjutkan pencegahan bantuan kemanusiaan masuk Gaza, dengan menyebut blokade sebagai "salah satu tuas penekan penting dalam mencegah Hamas menggunakan bantuan sebagai alat menghadapi warga sipil."

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement