REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia melanjutkan pemberian bantuan ke korban gempa di Myanmar. Negara Asia Tenggara itu dilanda gempa 7,7 skala Richter pada 28 Maret lalu.
Juru bicara Dewan Perencanaan Negara Myanmar Mayor Jenderal Zaw Min Tun mengatakan hingga 20 April, gempa bumi tersebut telah merenggut 3.735 nyawa, melukai 5.108 orang, dan menyebabkan 120 orang hilang.
Indonesia masih memberikan bantuan pelayanan medis untuk masyarakat Myanmar. Pada Ahad (20/4/2025) kemarin tepat 14 hari Emergency Medical Team (TCK-EMT) Indonesia mengoperasikan pos kesehatan di Nay Pyi Taw.
Dikutip dari siaran pers, Badan Nasional Penanggulangan Bencan (BNPB) Medical Center Tenaga Cadangan Kesehatan – Emergency Medical Team (TCK-EMT) Indonesia mencatat sebanyak 660 pasien berobat pada Ahad kemarin. Dua hari sebelumnya (18/4), Koordinator Tim Kemanusiaan Indonesia Brigjen Pol (Purn) Ary Laksmana Widjaja menginformasikan jumlah pasien yang ditangani mencapai 535 orang.
Ary mengungkapkan antusiasme warga Myanmar sangat besar. Pelayanan medis akan berakhir pada hari ini, Senin (21/4/2025). Menurut Ary, rata-rata jumlah pasien yang dilayani TCK-EMT Indonesia mencapai 315 pasien per hari.
“Diperkirakan bahwa besok jumlah pasien juga akan banyak karena merupakan hari terakhir pelayanan,” kata Ary dalam pernyataannya, Ahad kemarin.
Lebih lanjut, Ary menyampaikan Pemerintah Indonesia akan menyerahkan semua sarana dan prasarana rumah sakit lapangan kepada pihak 50 Bed Ottarathiri Hospital.
“Penyerahan simbolis akan disaksikan oleh pejabat Kementerian Kesehatan Myanmar,” ujarnya.
Selama pengoperasian Medical Center TCK-EMT Indonesia, sejumlah kasus telah ditangani oleh para dokter spesialis dan umum. Kasus yang tercatat antara lain nyeri otot, radang sendi, luka minor, ISPA, nyeri punggung, vertigo, gastritis, cefalgia. Ada juga kasus darurat yang ditangani di pos kesehatan yang berada di kompleks 50 Bed Ottarathiri Hospital.
Pasien dengan luka robek, luka tusuk, fraktur dan stroke juga ditangani para dokter Indonesia.