REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel terlihat gagah membombardir lawan-lawannya: Gaza, Tepi Barat, Lebanon, dan Suriah. Tentara mereka beserta persenjataan yang canggih meledakkan simpul-simpul tandingan.
Namun di balik itu, dalam negeri Israel sungguh kacau. Demonstrasi menentang pemerintah terjadi setiap hari. Mereka menyuarakan aspirasi keluarga sandera yang menuntut pembebasan orang yang mereka cintai, yang saat ini ditawan Hamas. Sementara elite Israel, tidak menganggap pembebasan sandera sebagai yang paling penting. Sebab bagi mereka, yang paling utama adalah memusnahkan Hamas hingga ke akar-akarnya.
Akibatnya, suara demonstran semakin kencang. Mereka semakin menyayangkan kebijakan pemerintah Netanyahu yang lebih mementingkan politisi ekstrem yang mengabaikan suara masyarakat yang memilih mereka.
Selain unjuk rasa, elite politik ternyata saling serang. Kepala badan keamanan dalam negeri Shin Bet, Ronen Bar diserang dengan hasutan yang tak berkesudahan.
Pemimpin oposisi Yair Lapid menjelaskan bahwa saat ini negaranya menjadi tempat 'pembunuhan dan pembantaian karakter' bermotif politik. Hal tersebut memicu kepanikan serius di banyak kalangan. Peringatan itu memicu perbandingan yang menyimpulkan bahwa indeks risiko pembunuhan sekarang lebih berbahaya daripada era pembunuhan mantan Perdana Menteri Yitzhak Rabin pada tahun 1995.
Yang menjadi kekhawatiran adalah bahwa kepala Shin Bet, sebagai tokoh keamanan senior yang bertugas mengawasi keamanan dalam negeri negara dan melindungi tokoh politik dan keamanan, kini justru menghadapi ancaman dari orang-orang yang dilindunginya.
Meskipun pemerintah dan juru bicara sayap kanan menyerang Lapid dan menganggap pernyataannya sebagai pemutarbalikan fakta dan hasutan politik partisan, pernyataannya meninggalkan pertanyaan yang sah: "Apakah benar-benar mungkin pembunuhan politik terjadi lagi di Israel?" Seperti yang terjadi pada tahun 1995 ketika Perdana Menteri Yitzhak Rabin, yang merupakan salah satu jenderal tertinggi dan memimpin perang besar dari tahun 1948 hingga 1967, dibunuh?