REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, ia "tidak terburu-buru" untuk mengotorisasi aksi militer terhadap Iran, dan menekankan preferensinya akan proses diplomasi meski tetap mengingatkan Teheran untuk tidak membuat bom nuklir. Pernyataan Trump ini merespons laporan New York Times yang menyebut dirinya mencegah rencana Israel menyerang Iran pada awal Mei.
"Saya tidak akan bilang membatalkan. Saya tidak posisi terburu-buru melakukan itu," kata Trump, saat konferensi pers bersama Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni di Gedung Putih, Kamis (17/4/2025) dikutip News Week.
Trump juga menaambahkan bahwa Iran memiliki peluang "untuk hidup bahagia tanpa kematian".
Pernyataan terbaru Trump menandai sebuah potensi pergeseran langgam di tengah ketegangan diplomatik dengan Iran. Saat pemerintahannya mempertahankan kebijakan tekanan maksimal terhadap Iran, keterbukaan Trump atas prioritas diplomasi ditunjukkannya di sela-sela proses negosiasi antara Washington dan Teheran.
Merespon laporan New York Times, Trump mengklarifikasi bahwa dia tidak membatalkan opsi serangan militer sama sekali. Namun, untuk saat ini, dia lebih memilih menempuh jalur diplomasi.
"Saya pikir Iran punya peluang untuk menjadi negara hebat dan hidup bahagia tanpa kematian, dan saya ingin melihat itu. Itu adalah opsi pertama saya," kata Trump.
"Jika ada opsi kedua, saya pikir itu akan menjadi sangat buruk buat Iran. Saya berharap mereka mau berdialog. Akan menjadi sangat baik untuk mereka jika mereka mau, saya tidak ingin melakukan hal yang akan menyakiti orang lain. Saya benar-benar tidak mau, tapi Iran tidak boleh memiliki bom nuklir."