REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Militer Israel mulai menghentikan aliran air dari perusahaan Israel Mekorot ke Jalur Gaza. Kebijakan ini, dibarengi penghancuran fasilitas penyulingan air telah memutus 70 persen dari total pasokan air di daerah kantong Palestina.
Menurut juru bicara pemerintah kota Gaza Hosni Mehanna, pemutusan tersebut berdampak pada pipa utama yang terletak di lingkungan Shujayea di timur Kota Gaza, tempat pasukan Israel melakukan serangan militer sejak Kamis.
“Alasan di balik gangguan tersebut masih belum jelas, namun kami berkoordinasi dengan organisasi internasional untuk memeriksa apakah saluran pipa tersebut rusak akibat pemboman besar-besaran Israel di wilayah tersebut,” kata Mehanna.
Penghentian ini mungkin disebabkan oleh aktivitas militer langsung atau keputusan politik yang disengaja oleh otoritas Israel, katanya. "Apapun penyebabnya, dampaknya sangat buruk. Jika aliran air dari Mekorot tidak segera pulih, Gaza akan menghadapi krisis air yang parah."
Koresponden Aljazirah melaporkan, di Gaza muncul antrian orang yang menunggu berjam-jam untuk mengisi satu galon air bersih yang dapat diminum. Sementara, selama lebih dari empat minggu, tidak ada satu truk pun yang memasuki Jalur Gaza. Tidak ada makanan. Tidak ada sayur, tidak ada daging, tidak ada ayam. Toko roti telah berhenti beroperasi. Juga tidak ada bahan bakar dan tidak ada gas untuk memasak.
Jalur Gaza – yang sudah mengalami kerusakan infrastruktur, air tanah yang terkontaminasi, dan kekurangan air bersih yang kronis – kini menghadapi risiko meluasnya kehausan, dehidrasi, dan wabah penyakit. Anggota Pertahanan Sipil berlomba dan bekerja sepanjang waktu untuk mengevakuasi korban dan korban dari bawah rumah yang menjadi sasaran militer Israel.

Karena lonjakan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, … mereka telah membuat pilihan yang sangat sulit untuk memadamkan api atau menyelamatkan mereka yang masih terjebak di bawah area yang hancur tersebut.
Mereka mengalami kelangkaan pasokan air. Hal ini merupakan hasil dari praktik dan tindakan militer Israel di lapangan. Mereka telah menghancurkan 95 persen sumur air dan infrastruktur air di seluruh wilayah Gaza.
Juru bicara sekjen PBB, Stephane Dujarric, mengatakan kepada Aljazirah bahwa situasi di Gaza “telah mencapai tahap kritis” setelah Israel memblokir makanan dan semua bantuan memasuki wilayah kantong tersebut selama hampir 40 hari. “Israel, sebagai kekuatan pendudukan, berkewajiban mengizinkan bantuan masuk ke Gaza,” katanya.
“Kita harus berupaya mencapai solusi nyata untuk memungkinkan akses bantuan, seperti gencatan senjata,” kata Dujarric, seraya menambahkan bahwa badan-badan PBB akan terus bekerja di Gaza dan berbicara dengan Israel tentang mengizinkan masuknya sejumlah bantuan kemanusiaan.