REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap 8 Maret, dunia merayakan Hari Perempuan Internasional sebagai momentum untuk mengingat pentingnya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Perpustakaan bukan sekadar tempat membaca buku, tetapi juga ruang inklusif yang membantu perempuan memperjuangkan hak-haknya dan membangun masa depan lebih cerah.
Dengan menyediakan akses informasi yang merata, perpustakaan berkontribusi dalam mengurangi kesenjangan gender, memberi kesempatan bagi perempuan untuk berkembang, serta memperkuat suara mereka di masyarakat.
Di berbagai belahan dunia, menurut Kepala Perpustakaan Universitas Nusa Mandiri (UNM), Sofia Nurani, perpustakaan telah lama menjadi tempat yang memberikan peluang pendidikan bagi perempuan, terutama di daerah dengan keterbatasan akses pendidikan.
“Program literasi yang ditawarkan perpustakaan membantu perempuan memahami hak-hak mereka, meningkatkan keterampilan kerja, serta memperluas wawasan tentang isu sosial dan politik,’’ katanya dalam keterangan yang dikutip Selasa (1/4/2025).
Banyak perpustakaan menyediakan koleksi literatur yang membahas perjuangan perempuan dalam berbagai konteks sejarah dan gerakan sosial, yang tidak hanya mengedukasi masyarakat tetapi juga menginspirasi perempuan untuk lebih berdaya.
Lebih dari itu, ia menegaskan perpustakaan berfungsi sebagai ruang aman bagi perempuan untuk berdiskusi dan berkolaborasi.
Seminar, lokakarya, dan kegiatan lain di perpustakaan membahas isu seperti kekerasan berbasis gender, kesehatan reproduksi, serta pemberdayaan ekonomi perempuan. Program-program ini memperkuat jaringan sosial di antara perempuan, memberi mereka ruang untuk berbagi pengalaman, dan membangun solidaritas.
“Dalam era digital, literasi teknologi menjadi kunci penting bagi perempuan untuk bersaing di dunia kerja. Sayangnya, banyak perempuan, terutama di daerah perdesaan atau terpinggirkan, masih menghadapi keterbatasan dalam mengakses teknologi,’’ ujarnya.
Karena itu, perpustakaan berperan dalam menjembatani kesenjangan ini dengan menyediakan akses gratis ke komputer dan internet, serta program pelatihan digital yang membantu perempuan mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam dunia kerja.
Ia menambahkan, Hari Perempuan Internasional adalah momen tepat untuk menyoroti peran perpustakaan dalam mendukung kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan.
Dengan menyediakan akses informasi, pendidikan, dan teknologi, perpustakaan membantu perempuan mencapai potensi mereka, memperjuangkan hak-hak mereka, dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat.
“Karena itu, penting bagi kita semua untuk terus mendukung dan memperkuat peran perpustakaan dalam pemberdayaan perempuan, tidak hanya pada Hari Perempuan Internasional, tetapi setiap hari,” tutupnya.