REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengatakan, perintah evakuasi Israel kini mencakup sekitar 14 persen Jalur Gaza. Perintah evakuasi itu di tengah gelombang baru serangan udara dahsyat yang telah menewaskan ratusan warga Palestina dalam beberapa hari terakhir.
“Kemarin, otoritas Israel juga mengeluarkan perintah evakuasi baru di Rafah, mencakup sekitar 2 persen wilayah dan memengaruhi lima lingkungan,” kata Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric kepada wartawan, Senin (24/3/2025).
“Dengan arahan terbaru ini, total area yang diperintahkan untuk dievakuasi dalam sepekan terakhir mencakup sekitar 14 persen dari Jalur Gaza, ditambah dengan zona 'terlarang' yang luas di sepanjang perbatasan dan koridor Netzarim,” tambahnya.
Mengutip Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Dujarric mengatakan sedikitnya 124 ribu orang telah menjadi pengungsi baru dengan banyak yang mengungsi dengan berjalan kaki menuju wilayah Mawasi.
“Sejumlah besar orang dilaporkan mencari perlindungan di rumah sakit,” kata Dujarric.
Situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk. “Sembilan puluh persen orang yang disurvei dalam beberapa minggu terakhir tidak memiliki akses yang cukup ke air bersih dengan responden tidak bisa mencuci tangan selama beberapa hari,” ujarnya.
Tentara Israel melancarkan kampanye udara mendadak di Jalur Gaza pada 18 Maret, menewaskan sedikitnya 730 orang dan melukai hampir 1.200 lainnya meskipun ada kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang berlaku sejak Januari. Lebih dari 50 ribu warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 113.200 orang terluka dalam serangan militer brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023.
Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November lalu terhadap Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Kepala Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
