REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berakar pada kearifan lokal suatu masyarakat. Bertempat di Kanopi Sekolah Indonesia Davao (SID) Filipina, sore tadi, keluarga besar SID merayakan peringatan Tulude, sebuah upacara adat masyarakat Nusa Utara (Sangihe, Sitaro, dan Talaud) Sulawesi Utara. Sebagaimana diketahui bersama, murid murid SID sebagian besar datang dari masyarakat WNI keturunan yang berasal dari suku Sangihe dan Talaud.
Tulude yang berasal dari kata Suhude yang berarti “melepaskan”, “meluncur ke bawah”, yang kemudian mengalami perluasan arti menjadi menolak. Tulude secara umum merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Nusa Utara yang telah melewati tahun yang lalu, dan menolak hal hal yang tidak baik pada tahun lalu, dan bersiap bersedia untuk menghadapai tahun yang akan datang dengan penuh rasa suka cita. Biasanya acara ini dilakukan pada akhir bulan Januari.
Acara diawali dengan iring-iringan yang membawa “Tamo”, sebuah kue berbentuk seperti gunung, yang terbuat dari beras ketan menuju tempat upacara. Setelah “Tamo” berada di tempat upacara, maka seorang yang dituakan (kepala suku yang diperankan oleh Rukisno kelas X)) memotong “Tamo” tersebut untuk dibagikan kepada peserta upacara.
Ketika memotong “Tamo” orang yang dituakan membaca doa dalam Bahasa Sangihe. “Tamo” atau “Dododle” dalam Bahasa Sangihe untuk dodol melambangkan rasa syukur kepada Tuhan YME, yang telah memberikan keberkahan hidup dan kesejahteraan kepada umatnya dengan hasil bumi yang melimpah. Tulude juga melambangkan kerjasama masyarakat dimana semua kegiatan berasal dari masyarakat, dikerjakan oleh masyarakat, dan untuk kegembiraan masyarakat bersama.
Yanti Silalahi, PJ Fungsi Pensosbud KJRI Davao City dalam sambutannya merasa sangat bangga dengan murid murid SID yang masih menghormati adat istiadat leluhurnya yang mempunyai nilai nilai spiritual dan Kerjasama yang sangat kental. Semua itu sangat berguna bagi kehidupan berbangsa. “Dan ini merupakan Tulude di kota Davao yang pertama kali”.
Sementara itu, Wakil Kepala SID, Moh. Heru Santoso, yang mewakili plt Kepala SID mengatakan bahwa kegiatan Tulude ini merupakan kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang dilakukan secara sistim blok. Yang melibatkan semua siswa. “Kami tidak ingin murid murid kami kehilangan jatidirinya sebagai bangsa Indonesia yang harus mengerti, menghargai, serta mengembangkan adat istiadatnya, apalagi Tulude ini mempunyai nilai nilai rasa syukuru kepada Tuhan YME, serta nilai kerjasama dan gotong royong yang kental sekali” Ujarnya disela sela penutup sambutannya.
Acara diakhir dengan masemper atau empat wayer (nari bersama) seluruh peserta Tulude 2025.