REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel mengakui 'kegagalan total' mereka untuk mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober. Otoritas Zionis mengakui bahwa selama bertahun-tahun mereka telah meremehkan kemampuan kelompok Palestina tersebut.
Seperti dilansir laman Aljazirah, ringkasan investigasi militer Israel, yang diterbitkan pada Kamis, mengatakan bahwa militer Israel gagal dalam misinya untuk melindungi warga sipil Israel.
“Tanggal 7 Oktober adalah kegagalan total, IDF (militer) gagal dalam memenuhi misinya untuk melindungi warga sipil Israel,” kata seorang pejabat senior militer Israel kepada wartawan setelah penyelidikan tersebut dipublikasikan.
“Terlalu banyak warga sipil yang tewas hari itu sambil bertanya dalam hati atau dengan lantang, di mana IDF?” kata pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim.
Penyelidikan tersebut mengatakan persepsi bahwa Hamas tidak tertarik pada konflik skala penuh dan bahwa Israel akan memiliki peringatan cukup jika terjadi serangan telah mengakibatkan kurangnya kesiapan dan kemampuan untuk menanggapi serangan.
Penyelidikan tersebut juga menemukan bahwa Israel telah memfokuskan upaya intelijen dan militernya pada bidang lain, seperti Hizbullah di Lebanon, dan terlalu bergantung pada tindakan defensif saja.
Sejak operasi mematikan yang menewaskan sekitar 1.139 orang di Israel dan memicu perang di Gaza yang telah membunuh lebih dari 48.000 warga Palestina, pertanyaan telah diajukan kepada pemerintahan Netanyahu dan militer atas penanganan terhadap serangan tersebut.
Selama serangan itu, lebih dari 200 orang juga ditawan. Seruan agar Benjamin Netanyahu mengundurkan diri pun meluas. Insiden itu telah mengakibatkan pengunduran diri kepala mata-mata Israel Aharon Haliva pada tahun 2024.