Rabu 29 Jan 2025 18:35 WIB

Wujudkan Perpustakaan Inklusif: Aksesibilitas untuk Semua di Era Digital

Perpustakaan dituntut beradaptasi agar semua individu bisa memanfaatkannya.

Perpustakaan UNM
Foto: dok UNM
Perpustakaan UNM

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perpustakaan telah lama berfungsi sebagai pusat pengetahuan dan informasi, tetapi di era teknologi yang terus berkembang, tantangan baru muncul dalam hal inklusi dan aksesibilitas. Dengan kemajuan digital, perpustakaan dituntut untuk beradaptasi agar semua individu, termasuk mereka dengan disabilitas, dapat memanfaatkan sumber daya yang ada.

Perpustakaan Universitas Nusa Mandiri (UNM) telah mengambil langkah signifikan untuk memastikan aksesibilitas dan inklusi bagi semua mahasiswa. “Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, perpustakaan berkomitmen untuk menyediakan layanan yang dapat diakses oleh seluruh pengguna, termasuk mereka dengan disabilitas,” kata Sofia Nurani, kepala perpustakaan Universitas Nusa Mandiri dalam rilis yang diterima, Rabu (29/1/2025).

Baca Juga

Ia menegaskan bahwa Inovasi teknologi seperti perangkat lunak pembaca layar dan aplikasi mobile telah membantu mengatasi hambatan akses bagi penyandang disabilitas. Perpustakaan Universitas Nusa Mandiri kini menyediakan koleksi buku digital yang dapat diakses dalam berbagai format, memungkinkan semua orang untuk menikmati literasi tanpa batasan fisik.

“Selain teknologi, desain fisik perpustakaan juga berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif. Ramp akses, ruang yang ramah bagi pengguna kursi roda adalah beberapa contoh upaya yang dilakukan untuk memastikan bahwa semua pengunjung dapat mengakses layanan perpustakaan tanpa kesulitan,” jelasnya.

Sofia menyampaikan bahwa komunitas lokal juga berperan dalam mendukung inklusi di perpustakaan. Program-program kolaboratif dengan organisasi yang berfokus pada disabilitas dapat membantu meningkatkan kesadaran dan memberikan pelatihan bagi staf perpustakaan, sehingga mereka lebih siap untuk memenuhi kebutuhan semua pengunjung.

“Di era media sosial, perpustakaan memiliki kesempatan untuk menjangkau audiens yang lebih luas melalui platform digital. Dengan mempromosikan program dan layanan inklusif secara online, perpustakaan dapat menarik perhatian masyarakat dan mendorong partisipasi yang lebih besar dari berbagai kalangan,” ujarnya.

Ia menambahkan dengan semua langkah ini, perpustakaan berusaha untuk menjadi tempat yang tidak hanya menyimpan buku, tetapi juga merangkul semua individu tanpa memandang latar belakang atau kemampuan.

“Dalam dunia yang semakin terhubung, menciptakan perpustakaan yang inklusif adalah langkah penting menuju masyarakat yang lebih adil dan berpengetahuan,” tutupnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement