REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Republik Indonesia Abdul Mu'ti menyebutkan kultural masyarakat menyebabkan angka siswa putus sekolah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tinggi, karena mereka lebih memilih bekerja di pertambangan timah daripada bersekolah.
"Ini perlu dukungan semua pihak agar siswa di daerah ini lebih bersemangat untuk belajar di sekolah," kata Abdul Mu'ti usai diskusi dengan para guru se-Kepulauan Babel di Pangkalpinang, Ahad (19/1/2025).
Dalam meningkatkan semangat belajar dan bersekolah ini di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak hanya didukung sarana prasarana, tetapi harus didukung juga kultural, karena ini menyangkut tradisi masyarakat di provinsi penghasil bijih timah nomor dua terbesar dunia ini.
"Sebenarnya angka putus sekolah yang disebabkan kultural ini tidak hanya terjadi di Kepulauan Babel, tetapi juga di provinsi lainnya yang belum sepenuhnya menyakini bahwa sekolah dan belajar itu adalah sarana penting untuk mereka meraih masa depan yang baik," katanya.
Penjabat Gubernur Kepulauan Babel Sugito mengatakan angka putus sekolah di daerah itu cukup tinggi, karena banyak orang tua mengajak anaknya untuk bekerja di sektor tambang, perkebunan maupun perikanan.
"Kita terus melakukan edukasi kepada masyarakat, khususnya orang tua untuk lebih memprioritaskan pendidikan kepada anak-anaknya, apalagi kita sudah menuju reformasi ekonomi yang harus memiliki penguatan ilmu pengetahuan, keterampilan di pendidikan vokasi," katanya.