Kamis 02 Jan 2025 19:07 WIB

Ada Kekhawatiran Soal Keselamatan, Jeju Air Kurangi Penerbangan

Jeju Air sedang mempersiapkan pengurangan penerbangan domestik mulai pekan depan.

Petugas pemadam kebakaran dan anggota tim penyelamat melakukan evakuasi di dekat puing-puing pesawat penumpang Jeju Air 7C2216 di Bandara Internasional Muan di Muan, Korea Selatan, Ahad (29/12/2024). Pesawat Jeju Air 7C2216 yang membawa 175 penumpang dan enam kru dalam penerbangan dari Bangkok, Thailand jatuh terbakar dan meledak setelah mendarat dan kemudian menghantam tembok pembatas di bandara Internasional Muan. Data sementara 85 orang tewas dalam peristiwa itu.
Foto: Lee Young-ju/Newsis via AP
Petugas pemadam kebakaran dan anggota tim penyelamat melakukan evakuasi di dekat puing-puing pesawat penumpang Jeju Air 7C2216 di Bandara Internasional Muan di Muan, Korea Selatan, Ahad (29/12/2024). Pesawat Jeju Air 7C2216 yang membawa 175 penumpang dan enam kru dalam penerbangan dari Bangkok, Thailand jatuh terbakar dan meledak setelah mendarat dan kemudian menghantam tembok pembatas di bandara Internasional Muan. Data sementara 85 orang tewas dalam peristiwa itu.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Jeju Air Co. mengumumkan berencana mengurangi operasi penerbangan mulai pekan depan, Kamis (2/1/2025).

Hal ini sebagai tanggapan atas meningkatnya kekhawatiran tentang keselamatan penerbangan maskapai berbiaya rendah terkemuka tersebut setelah kecelakaan fatal pekan ini.

Baca Juga

Kepala Kantor Dukungan Manajemen Jeju Air Song Kyung-hoon mengatakan dalam konferensi pers perusahaan sedang mempersiapkan pengurangan operasi penerbangan domestik mulai pekan depan dan untuk rute internasional mulai minggu ketiga bulan ini.

Malfungsi roda pendaratan pada pesawat Jeju Air B737-800 yang jatuh pada Ahad telah menimbulkan kekhawatiran maskapai tersebut mungkin lebih mengutamakan operasi dibandingkan waktu pemeliharaan yang memadai sehingga berpotensi mengorbankan keselamatan.

Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan yang menewaskan 179 orang tersebut diketahui telah mengoperasikan 13 penerbangan dalam 48 jam sebelum insiden terjadi.

Sebelumnya, Jeju Air telah mengumumkan rencana mengurangi operasi penerbangan sebesar 10-15 persen hingga Maret guna meningkatkan keselamatan operasional.

Ketika ditanya tentang potensi krisis likuiditas akibat gelombang pembatalan tiket, Song mengakui pembatalan memang meningkat dibandingkan sebelumnya, tetapi pemesanan baru masih terus masuk.

Terkait dukungan finansial darurat untuk keluarga korban, Song mengatakan Jeju Air sedang berdiskusi dengan keluarga korban mengenai metode dan prosedur.

“Ketika diskusi selesai, kami akan membimbing mereka menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk memastikan pencairan dana yang cepat," katanya.

Menanggapi kritik tentang kemungkinan kekurangan dalam pemeliharaan pesawat, Song mengatakan perusahaan memiliki jumlah teknisi pemeliharaan yang sangat terampil sebelumnya dan memberikan peluang bagi mereka untuk terus bekerja bahkan setelah pensiun.

"Namun, pandemi Covid-19 membuat kami tidak dapat mempertahankan kontrak-kontrak tersebut," ucapnya.

“Akibatnya, ada periode di mana kami tidak dapat memenuhi standar yang direkomendasikan Kementerian Transportasi untuk mempertahankan 12 teknisi per pesawat,” kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement