Selasa 24 Dec 2024 09:52 WIB

FIFPRO Tentang Perubahan Sementara Aturan Transfer FIFA Akibat Kasus Diarra

FIFPRO tak setuju dengan langkah perubahan sementara yang diambil FIFA.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Lassana Diarra
Foto: EPA/Sergei Ilnitsky
Lassana Diarra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Pemain Sepak Bola Dunia (FIFPRO) tidak setuju dengan perubahan sementara aturan transfer FIFA pada Senin (23/12/2024) menyusul keputusan penting terkait Lassana Diarra. Mantan pemain internasional Prancis itu menentang aturan FIFA karena perselisihan dengan klub yang terjadi pada 2014. Pengadilan Eropa memutuskan pada bulan Oktober bahwa beberapa aturan FIFA bertentangan dengan hukum Uni Eropa karena membatasi kebebasan bergerak dan anti-kompetitif.

FIFA kemudian membuka “dialog global” dan pada Senin menerbitkan amandemen sementara yang berlaku tepat waktu untuk bursa transfer Januari. Mereka ingin “mencapai kompromi yang seimbang,” kata FIFA dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Namun serikat pemain global FIFPRO menentang perubahan tersebut, dan menuduh FIFA gagal mencapai konsensus. “Menyusul tantangan Lassana Diarra yang berhasil melawan legalitas Pasal 17 Peraturan FIFA tentang Status dan Transfer Pemain, FIFPRO memberi tahu FIFA tentang kondisi di mana mereka dapat menegosiasikan amandemen peraturan untuk merefleksikan keputusan tersebut,” kata pernyataan serikat pekerja.

“Hingga saat ini, kami tidak dapat mencapai konsensus. Kami tidak setuju dengan langkah-langkah sementara yang diumumkan oleh FIFA yang telah diperkenalkan tanpa proses perundingan bersama yang tepat."

“Langkah-langkah tersebut tidak memberikan kepastian hukum bagi para pesepak bola profesional dan tidak mencerminkan keputusan dari Pengadilan Eropa.”

FIFA mengatakan ada “pemahaman yang jelas” antara semua pihak bahwa langkah-langkah sementara tidak berdampak pada diskusi yang sedang berlangsung mengenai amandemen jangka panjang terhadap peraturan, dan memperkenalkan perubahan sementara untuk menawarkan stabilitas dan kepastian untuk jendela transfer yang akan datang.

Kerangka peraturan sementara mempengaruhi perhitungan kompensasi yang dibayarkan jika terjadi pelanggaran kontrak dan beban pembuktian terkait kompensasi yang dibayarkan dan bujukan untuk melanggar kontrak.

Kerangka kerja tersebut menambahkan definisi umum tentang 'alasan yang sah' yang menyatakan bahwa "harus ada dalam keadaan apa pun di mana suatu pihak tidak lagi dapat secara wajar dan dengan itikad baik diharapkan untuk melanjutkan hubungan kontraktual'.

Kerangka kerja peraturan sementara tidak lagi didasarkan pada kriteria perhitungan khusus yang dianggap bermasalah oleh pengadilan.

Sebaliknya, kompensasi akan dihitung secara objektif dan transparan pada tingkat yang diperlukan untuk memulihkan pihak yang menderita kerugian karena pelanggaran kontrak ke posisi yang seharusnya mereka dapatkan jika pelanggaran tersebut tidak terjadi.

“FIFA berharap dapat melanjutkan kerja sama yang erat dengan para pemangku kepentingan utama sebagai bagian dari dialog global yang diluncurkan pada bulan Oktober dengan tujuan mengembangkan kerangka kerja peraturan yang kuat, transparan, tidak diskriminatif, obyektif, dan proporsional yang akan berlaku seragam untuk sepak bola profesional di tingkat global,” kata FIFA dalam sebuah pernyataan.

Direktur hukum FIFA Emilio Garcia Silvero memposting di X pada Senin dengan mengatakan bahwa tujuan selanjutnya adalah untuk memiliki “kerangka kerja permanen yang sepenuhnya selaras dengan pandangan Pengadilan Eropa & mendapat dukungan dari semua pihak sebelum Juli 2025.”

Pada 2014, Diarra meninggalkan Lokomotiv Moscow setelah hanya menjalani satu tahun dari kontrak empat tahun di klub tersebut. Lokomotiv membawa masalah tersebut ke Badan Penyelesaian Sengketa FIFA, dengan alasan bahwa ia telah melanggar aturan ketika kontraknya dihentikan setelah pemain tersebut memutuskan untuk pergi tanpa alasan yang jelas menyusul pemotongan gaji.

Diarra menerima tawaran untuk bergabung dengan klub Belgia Charleroi. Namun klub tersebut menarik diri setelah FIFA menolak menandatangani Sertifikat Transfer Internasional (ITC), yang mencegah gelandang tersebut didaftarkan ke Federasi Sepak Bola Belgia.

Menurut keputusan Pengadilan Eropa, menolak menandatangani ITC adalah tindakan yang melanggar hukum.

Pada 2015, FIFA memerintahkan Diarra untuk membayar ganti rugi sebesar 10 juta euro atau sekira Rp 168 miliar kepada Lokomotiv. Ini memantik Diarra menuntut FIFA dan Federasi Sepak Bola Belgia atas ganti rugi di pengadilan setempat.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement