Senin 23 Dec 2024 22:19 WIB

ISIS Bangkit, Turki Serang Kurdi, dan AS akan Bangun Pangkalan Penting di Suriah

Turki mempunyai peran besar dalam konflik berkepanjangan di Suriah

Pejuang oposisi merayakan runtuhnya pemerintahan Suriah di Damaskus, Suriah, Ahad (8/12/2024). Kekuasaan Partai Baath di Suriah tumbang pada Ahad (8/12/2024). Hal itu ditandai ibu kota Damaskus lepas dari kendali rezim Presiden Bashar al-Assad. Runtuhnya kekuatan pasukan Assad di ibu kota mengakhiri 61 tahun pemerintahan Partai Baath yang penuh kekerasan dan 53 tahun kekuasaan keluarga Assad. 
Foto: AP Photo/Omar Sanadiki
Pejuang oposisi merayakan runtuhnya pemerintahan Suriah di Damaskus, Suriah, Ahad (8/12/2024). Kekuasaan Partai Baath di Suriah tumbang pada Ahad (8/12/2024). Hal itu ditandai ibu kota Damaskus lepas dari kendali rezim Presiden Bashar al-Assad. Runtuhnya kekuatan pasukan Assad di ibu kota mengakhiri 61 tahun pemerintahan Partai Baath yang penuh kekerasan dan 53 tahun kekuasaan keluarga Assad. 

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN- ISIS memanfaatkan ketidakstabilan di Suriah, dengan perkiraan peningkatan serangan yang signifikan dan ancaman pembobolan penjara di masa depan.

Kehadiran ISIS semakin meningkat karena mengeksploitasi kekacauan yang sedang berlangsung, menurut sebuah laporan.

Baca Juga

Dikutip dari Mehrnews, Senin (23/12/2024), surat kabar Inggris The Times menyuarakan keprihatinan serius tentang kebangkitan ISIS.

Surat kabar tersebut menekankan bahwa ISIS dapat memanfaatkan ketidakstabilan di Suriah untuk mengorganisasi ulang, berkumpul kembali, dan melancarkan serangan-serangan baru.

Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Jake Sullivan memperingatkan bahwa ancaman terbesar di kawasan ini adalah kembalinya ISIS, dengan menyatakan bahwa kelompok ini bertujuan untuk mengeksploitasi kekosongan kekuasaan atau kurangnya stabilitas di negara tersebut.

Selama setahun terakhir, ISIS telah muncul kembali di Suriah, dengan The Times mencatat bahwa konflik global telah mengalihkan perhatian media dan intelijen dari ancaman yang sedang berkembang.

Hal ini memungkinkan ISIS untuk secara bertahap membangun kembali kehadirannya, yang mengarah pada peningkatan serangan. Surat kabar tersebut menyoroti bahwa ISIS telah melakukan hampir 700 operasi di Suriah tahun ini, tiga kali lipat lebih banyak dari tahun sebelumnya.

BACA JUGA: Mengapa Tentara Suriah Enggan Bertempur Mati-matian Bela Assad?

Kelompok ini diyakini masih memiliki sekitar 2.500 pejuang yang beroperasi di antara Suriah dan Irak, dan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah karena meningkatnya upaya perekrutan dan propaganda.

ISIS sangat aktif di Gurun Badiya bagian tengah, laporan tersebut menekankan, menambahkan bahwa mereka mengorganisir sel-sel tidur dan melakukan penyergapan.

photo
Korban perang Suriah terendah - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement