REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta mencatat terdapat 808 kejadian bencana hidrometeorologi yang terjadi di sepanjang 2024. Angka itu berpotensi bertambah, meningat potensi cuaca ekstrem masih akan terjadi hingga akhir tahun.
Penjabat (Pj) Gubernur Jakarta Teguh Setyabudi mengatakan, bencana yang terjadi di sepanjang 2024 relatif terkendali. Dari 808 kejadian bencana, sebanyak 109 adalah banjir, 317 jalan tergenang, 13 angin kencang, 333 pohon tumbang, dan 36 tanah longsor, yang tersebar di 27 kecamatan, 80 kelurahan, 156 RW, dan menyebabkan 1.154 warga mengungsi.
"Kita bersyukur dengan berbagai pembangunan yang ada, antisipasi yang ada, sebenarnya relatif dari tahun 2020, 2021, 2022, 2023, 2024 itu semakin tertangani dan relatif lebih baik lagi," kata Teguh di Jakarta, Rabu (18/12/2024).
Teguh menambahkan, berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca ektrem masih berpotensi terjadi di Jakarta hingga akhir tahun. Bahkan, apabila tidak ditangani dengan baik, dampak cuaca ekstrem itu akan menyebabkan banjir seperti pada 2020.
Karena itu, Pemprov Jakarta melakukan tindak lanjut dengan melaksanakan operasi modifikasi cuaca sejak awal Desember. Hingga saat ini, Pemprov Jakarta setidaknya sudah dua kali melakukan operasi modifikasi cuaca untuk mengantisipasi cuaca ekstrem. Langkah itu dinilai berhasil untuk membuat curah hujan yang terjadi di wilayah Jakarta tidak terlalu ekstrem.
Teguh mengatakan, pihaknya akan berupaya untuk kembali melakukan modifikasi cuaca apabila dipandang perlu. Menurut dia, anggaran yang saat ini tersedia di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jakarta setidaknya dapat digunakan untuk melakukan satu kali operasi modifikasi cuaca.
"Misalnya berdasarkan prakiraan cuaca dari BMKG misalnya, mungkin menjelang Natal akan ada hujan lebat. Kami pastinya akan mempersiapkan diri. Masih ada sisa anggaran dari BPBD untuk tahun 2024 yang ada ya, kita akan maksimalkan untuk tahun ini," kata Teguh.
Tak hanya itu, apabila operasi modifikasi cuaca masih dibutuhkan hingga akhir tahun, Pemprov Jakarta tetap akan melaksanakannya. Operasi modifikasi cuaca itu nantinya akan menggunakan anggaran biaya tak terduga (BTT).
"Kalau akhir tahun dipandang perlu, maka pada tanggal 29, 30, 31 kami juga akan lakukan modifikasi cuaca kembali. Kalau anggaran BPBD habis, kami mencoba akan menggunakan dana BTT yang tahun 2024," kata Teguh.
Ia mengatakan, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan BMKG untuk mengantisipasi kejadian bencana. Mengingat, apabila tidak dilakukan penanganan untuk menghadapi potensi cuaca ekstrem, bukan tidak mungkin kejadian banjir di Jakarta akan seperti pada 2020.