Kamis 05 Dec 2024 16:28 WIB

Mendukbangga Ajak Masyarakat Jadi Orang Tua Asuh Atas Stunting

Di Indonesia, dari 75 juta keluarga, ada 8,7 juta keluarga risiko stunting.

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Erik Purnama Putra
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala Badan Kependukan dan Keluarga Berencana Nasional (Mendukbangga/BKKBN) Wihaji meluncurkan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) di Desa Mulyasari, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (5/12/2024).
Foto: Republika.co.id/Bayu Adji Prihammanda
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala Badan Kependukan dan Keluarga Berencana Nasional (Mendukbangga/BKKBN) Wihaji meluncurkan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) di Desa Mulyasari, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (5/12/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala Badan Kependukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) meluncurkan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) di Desa Mulyasari, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (5/12/2024). Gerakan itu bertujuan untuk melibatkan masyarakat dalam mengentaskan kasus stunting di Indonesia.

Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji mengatakan, stunting menjadi salah satu isu penting yang harus dituntaskan untuk mencapai cita-cita Indonesia emas pada 2045. Pasalnya, untuk menjadi negara maju, Indonesia perlu menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.

"Problemnya, di Indonesia data hari ini dari 75 juta keluarga, ada 8,7 juta keluarga resiko stunting. Dan data hari ini kita prevalensi dari stunting 21,5 persen. Artinya, kalau ada lima balita, satu orang kena stunting," kata Wihaji di Kabupaten Karawang, Kamis pagi WIB.

Wihaji menilai, kasus stunting bukan merupakan masalah biasa. Ia menyebutkan, kementerian yang dipimpinnya tak bisa mengentaskan angka stunting seorang diri. Butuh campur tangan dari masyarakat untuk ikut mengatasi masalah stunting di Indonesia.

Menurut dia, pemerintah tetap hadir dalam mengatasi masalah stunting. Namun, tidak akan semua kasus stunting bisa ditangani oleh pemerintah. Karena itu, pihaknya meluncurkan Genting agar masyarakat bisa ikut campur dalam mengentaskan angka stunting di Indonesia.

Wihaji menargetkan, ada sejuta anak stunting yang sasaran dari program ini. Harapannya, masyarakat umum, korporasi, BUMN, dan berbagai elemen lainnya dapat bergabung dalam gerakan orang tua asuh. "Target kami satu juta anak asuh yang insya Allah, kami sustainable," kata Wihaji.

Dia menjelaskan, orang tua asuh nantinya bisa memberikan bantuan makanan kepada anak asuh yang mencakup ibu hamil, ibu yang memiliki menyusui, bayi 0-23 bulan, balita 24-59 bulan dari keluarga berisiko stunting miskin. Bentuk bantuan kegiatan dalam terdiri dari bantuan nutrisi dan bantuan nonnutrisi.

Bantuan nutrisi merupakan pemberian pangan lokal kaya protein hewani dengan kecukupan gizi dalam bentuk makanan lengkap siap santap atau kudapan. Bantuan nutrisi berupa pemberian nutrisi berdasarkan standar minimal, Rp 15 ribu per hari per orang selama 33 bulan (1.000 hari pertama kehidupan).

Durasi bantuan nutrisi, menurut wakil ketua umum DPP Partai Golkar tersebut, akan menyesuaikan dengan usia anak yang akan diberikan bantuan. Selain itu, kata Wihaji, orang tua asuh bisa berupa kolektif dalam membantu satu anak.

Sementara itu, bantuan nonnutrisi merupakan bantuan yang meliputi perbaikan jamban dan rumah layak huni; akses air bersih; edukasi pencegahan kepada remaja, calon pengantin) dan penanganan kepada ibu hamil, pengasuhan, peningkatan kapasitas ekonomi.

"Keyakinan kementerian kami, dari 1.000 hari pertama kehidupan, itulah potensi untuk menyebabkan jadi stunting. Paska 1.000 hari pertama kehidupan, kata dokter, para ahli, hanya bisa disembuhkan 20 persen. Maka, untuk mencegah, dari hulunya, yakni 1.000 hari pertama kehidupan, alias sampai anak usia 23 bulan," kata Wihaji.

Adapun peluncuran Genting diselenggarakan atas kerja sama Kemendukbangga/BKKBN dengan UNFPA dan Pemerintah Kabupaten Karawang. UNFPA dikenal sebagai badan PBB untuk kesehatan seksual dan reproduksi serta hak asasi manusia.

4.000 orang tua asuh...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement