REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Temuan survei LSI Denny JA menyebutkan, mayoritas masyarakat Luwu Timur menolak praktik politik uang. Jika ada politik uang, mereka akan menolak secara terbuka atau menerima tapi tidak memilih pemberi uang.
Peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman, menyebutkan, sebanyak 82.5 % warga Luwu Timur menyatakan Politik uang tidak bisa dibenarkan. “Hanya 13,2% yang menyatakan politik uang itu berpengaruh,” kata Masloman, dalam siaran pers, Sabtu (23/11/2024).
Jika ada yang melakukan praktik politik uang, menurut Masloman, sebesar 79,3% menyatakan akan menolak secara terbuka pemberian uang dari pasangan calon. Sedangkan yang akan menerima tetapi tidak memilihnya sebanyak 9,8%.
Pilkada 2024 telah mendekati garis finish. Hanya dalam hitungan hari, pencoblosan akan dilaksanakan pada 27 November 2024 mendatang. Saat ini, pasangan Penantang Ibas-Puspa unggul telak sebesar 45,1% diatas margin of Error dengan petahana Budiman Akbar yang hanya sebesar 38,3%, dan Pasangan penantang lainnya Isrullah-Usman sebesar 9,1%.
Survei terbaru LSI Denny JA dilakukan pada 7 - 14 November 2024, dengan menggunakan 440 responden. Survei dilakukan di seluruh wilayah di Kabupaten Luwu Timur dengan metode multistage random sampling. Wawancara dilakukan secara tatap muka dengan menggunakan kuesioner. Margin of error survei ini adalah 4%.
Penolakan terhadap politik uang tertinggi di segmen pemilih Gen X sebesar 90,7%. Di pemilih Gen Z dan milenial juga tinggi di atas 80%. Penolakan paling rendah ada di generasi Baby Boomer sebesar 79,2%.
Rendahnya tingkat toleransi terhadap Politik Uang di luwu Timur, menurut Masloman, salah satu penyebabnya adalah aspek kemampuan kepala daerah. Sebanyak 51,5% responden menjawab aspek kemampuan kepala daerah. “Secara teoritik aspek kemampuan para calon, menjadi dapat menjadi tanggul dalam mempertahankan rasionalitas pemilih,” ungkap Masloman.
Terkait elektabilitas, surveil LSI Dennya JA menemukan pasangan calon (paslon) Ibas-Puspa unggul telak atas petahana Budiman-Akbar. Paslon Ibas-Puspa memperoleh dukungan 45,1%. Sementara Budiman-Akbar (38,3%), dan Isrullah-Usman (9,1%).
Dijelaskan Masloman, Budimana-Akbar Konsisten setidaknya dalam tiga survei terakhir berada di posisi kedua. Namun elektabilitasnya stagnan cenderung turun.
Sedangkan penantangnya, Ibas-Puspa mengalami kenaikan yang konsisten dengan posisi dukungan di atas 40%. Begitu juga Isrullah-Usman, meski elektabilitasnya masih di bawah 10%, namun mengalami peningkatan dari survei sebelumnya.
Mengenai posisi petahana yang selalu di posisi kedua, Masloman, menyebut, salah satunya ada sentimen daerah ‘gini-gini’ saja. Ini menandakan keinginan untuk perubahan.
“Ketika ditanyakan bagaimana keadaan kehidupan mereka sehari-hari, tabulasi angka yang menganggap kondisinya sama saja atau tidak ada perubahan dan kondisinya lebih buruk, angkanya sebesar 53,7%,” ungkap Masloman.