Rabu 06 Nov 2024 11:48 WIB

Harapan Warga Gaza terhadap Trump dan Kamala yang Maju Pilpres AS

Warga Gaza percaya, siapa pun pemenangnya, dukungan AS ke Israel tetap teguh.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Warga Palestina berduka atas kematian kerabat mereka akibat pemboman Israel di Jalur Gaza di kamar mayat rumah sakit di Deir al-Balah, Selasa, 29 Oktober 2024.
Foto: PA-EFE/MOHAMMED SABER
Warga Palestina berduka atas kematian kerabat mereka akibat pemboman Israel di Jalur Gaza di kamar mayat rumah sakit di Deir al-Balah, Selasa, 29 Oktober 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Warga Palestina di Jalur Gaza mengungkapkan keraguan bahwa hasil Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2024 akan membawa perubahan terhadap situasi mereka. Hal itu karena wilayah kantong tersebut terus menderita karena serangan Zionis Israel yang tidak berhenti sejak 7 Oktober 2023.

Anadolu melaporkan pada Rabu (6/11/2024), banyak yang percaya, siapa pun pemenangnya, dukungan AS terhadap Israel akan tetap teguh. Warga Palestina mengungkapkan keputusasaan bahwa presiden AS yang baru akan mampu menghentikan genosida Israel di Gaza yang telah berlangsung lebih dari setahun.

Baca Juga

Jurnalis lokal Abdullah Mikdad mengatakan kepada Anadolu, warga Palestina yakin tidak akan ada perubahan dalam sikap AS terhadap Israel, baik Gedung Putih dipimpin oleh Donald Trump atau Kamala Harris. Padahal, warga ingin penderitaannya diakhiri dengan AS mengintervensi Israel.

"Apa yang penting bagi kami adalah presiden AS berikutnya datang dengan visi untuk mengakhiri konflik Israel dan Arab-Palestina serta bekerja untuk benar-benar menerapkan solusi dua negara," kata Mikdad.

Baca: Donald Trump Unggul, Saham Milik Hary Tanoesoedibjo Terbang

Dia menekankan, warga Palestina menginginkan lebih dari sekadar slogan kosong dan ingin melihat pemerintah AS yang tidak memicu konflik di wilayah tersebut, melainkan bekerja untuk mengakhirinya. Warga Gaza, Khalid Abu Wafa mengungkapkan sentimen yang sama.

Dia mengatakan tidak ada perbaikan yang terlihat ke depan, tak peduli siapa yang menang, dan rakyat Gaza sudah lelah dengan pengungsian yang terus-menerus, perbatasan yang tertutup, serta kekurangan parah terhadap pangan dan kebutuhan pokok. "Kami lelah. Kami berharap agar serangan ini segera berakhir," kata Khalid.

Ibrahim Abu Murassa, yang baru-baru ini melarikan diri dari Gaza utara, menyuarakan harapan akan adanya perubahan dalam kebijakan AS yang dapat mengurangi konflik di kawasan tersebut. Dia menuduh Washington terlibat dalam genosida di Gaza dan menyarankan, kemenangan Trump mungkin dapat mengarah pada pembatasan.

Baca: Presiden Prabowo akan Kunjungan ke China, AS, Hingga Inggris

Sejak Israel melancarkan serangan terbarunya di Gaza, AS telah memberikan dukungan militer, intelijen, dan diplomatik yang luas. Pengamat Palestina dan internasional berpendapat bahwa tanpa dukungan AS, operasi Israel yang berkelanjutan tidak akan dapat dipertahankan.

Jutaan warga Amerika menuju tempat pemungutan suara pada Selasa untuk memilih presiden ke-47 AS dengan presiden ke-45 AS Donald Trump yang berhadapan dengan pesaing dari Partai Demokrat, Kamala Harris. Saat ini, Harris merupakan wakil presiden mendampingi Presiden Joe Biden.

Israel terus melancarkan serangan dahsyat di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas dan telah menewaskan hampir 43.400 orang dan membuat daerah kantong tersebut hampir tidak dapat dihuni. Israel menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di daerah kantong yang diblokade tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement