Kamis 10 Oct 2024 16:44 WIB

Buku Kolintang The Sound of Heaven Diluncurkan Sambut Sidang UNESCO

Pinkan Indonesia mendaftarkan kolintang jadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) UNESCO.

Suasana peluncuran buku berjudul Kolintang The Sound of Heaven di Gedung Balai Pustaka, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (10/10/2024).
Foto: Republika.co.id/Erik PP
Suasana peluncuran buku berjudul Kolintang The Sound of Heaven di Gedung Balai Pustaka, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (10/10/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Insan Kolintang Nasional (Pinkan) Indonesia meluncurkan buku berjudul 'Kolintang The Sound of Heaven' di Gedung Balai Pustaka, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (10/10/2024). Ketua Umum Pinkan, Penny Iriana Marsetio menjelaskan, peluncuran buku ini lebih menceritakan asal usul dan sejarah musik kolintang hingga sampai ke tahap sekarang.

"Jadi ini memang salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk diterima UNESCO. Kita sudah dua kali perbaikan di UNESCO, nanti kita tunggu pengumuman setelah sidang di bulan Desember (2024)," ujar Penny ketika dikonfirmasi Republika.co.id di Jakarta, Kamis.

Saat ini, alat musik kolintang dari Minahasa diusulkan jadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) UNESCO. Pinkan yang sudah berjuang sejak sekitar lima tahun lalu mempromosikan kolintang berharap, usulannya kali ini diterima UNESCO. Adapun jika kolintang benar ditetapkan sebagai WBTB UNESCO maka buku yang diluncurkan bisa menjadi rujukan warisan pustaka bagi generasi muda dan generasi penerus.

"Dampak diterima UNESCO nanti kolintang terproteksi, karena ini alat musik assamble, alat musik ini tak bisa bermain sendiri harus bersamaan, jadi diakui dunia," ucap Penny.

Ketua Dewan Pembina Pinkan Laksamana (Purn) Prof Marsetio menjelaskan, pihaknya mendukung semua unsur yang ikut mempromosikan musik kolintang, baik pelatihan, pengembangan, pembinaan, dan pencatatan atau penulisan buku, yang berjalan berkesinambungan. Dengan perjuangan Pinkan yang terus tanpa henti, ia berharap, UNESCO bisa menerima kolintang sebagai WBTB.

"Semuanya berperan, pengrajin, pelatih, termasuk para pecinta, pemusik, semuanya berperan mempromosikan kolintang agar diakui oleh UNESCO yang akan membuat keputusan sidang diadakan mid (pertengahan) Desember 2024. Semua persyaratan sudah kita kirim ke UNESCO, termasuk naskah akademik dan macam-macam," ucap mantan KSAL tersebut.

Dengan segala perjuangan itu, Marsetio berharap, sidang UNESCO nanti membawa hasil menggembirakan. Jika hal itu benar terwujud, sambung dia, langkah Pinkan ke depannya dalam mempromosikan kolintang ke masyarakat bisa lebih mudah. "Ingat kami, Pinkan telah berupaya semaksimal mungkin, kita bergerak tanpa APBN, kita berjuang banyak sekali," ujar Marsetio.

Penulis buku Kolintang The Sound of Heaven, Luddy Wullur menjelaskan, buku yang diluncurkannya bersama Lidya Katuuk dibuat dalam waktu sekitar empat tahun. Menurut dia, buku tersebut menjelaskan sejarah kolintang hingga awal organ musik tersebut berproses menuju UNESCO.

"Karena musik kolintang ini asal Minahasa, jadi milik Indonesia. Kolintang jadi alat musik yang menjadi warisan budaya kita, yang harus kita jaga," ujar Luddy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement