REPUBLIKA.CO.ID, Iran mengingatkan negara-negara kawasan teluk untuk tidak membantu Israel menyerang Iran dengan cara membuka ruang udara mereka agar bisa dilintasi oleh pesawat-pesawat rezim Zionis. Seorang pejabat Iran pada Selasa (8/10/2024) seperti dikutip Reuters, mengatakan, jika ada negara Teluk membuka ruang udara untuk pesawat-pesawat Israel, Teheran akan merespons.
"Iran secara jelas mengingatkan bahwa aksi apapun dari negara Teluk melawan Teheran, apakah lewat membuka ruang udara atau basis militer, akan dinilai Teheran sebagai aksi (serangan) dari negara itu dan Iran akan merespons," kata pejabat Iran itu.
"Pesan ini menekankan kebutuhan persatuan kawasan regional melawan Israel dan pentingnya mengamankan stabilitas. Sangat jelas bahwa upaya membantu Israel, seperti membolehkan ruang udara untuk menyerang Iran, adalah aksi yang tidak dapat diterima," ujarnya.
Pejabat itu mengatakan, dalam pertemuan dengan petinggi negara-negara Teluk di Doha, Qatar pada Kamis pekan lalu, Iran tidak mendiskusikan masalah soal produksi minyak jika eskalasi meningkat. Dalam pertemuan itu Iran secara tegas meminta persatuan kawasan dalam menghadapi serangan Israel atau minimal negara-negara Teluk bersikap netral.
Teheran akan mengamati bagaimana setiap negara di kawasan Teluk bersikap jika nantinya Israel jadi melancarkan serangan balasan. Termasuk, bagaimana basis-basis militer AS di negara-negara itu digunakan. Diketahui, Qatar, Kuwait, Bahrain, United Emirat Arab, dan Arab Saudi adalah negara di mana terdapat markas dan militer AS ditempatkan.
Presiden AS Joe Biden sebenarnya dijadwalkan berdiskusi soal tensi tinggi Timur Tengah dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Berlin pada pekan ini. Namun, pertemuan itu dibatalkan lantaran Biden kini berfokus menghadapi ancaman Badai Milton yang diprakirakan segera menghantam Negara Bagian Florida.
"Saya berpikir tidak bisa keluar dari AS pada saat ini," kata Biden.