REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Sebuah berita utama koran Iran menggambarkan ancaman bahwa Iran bisa membuat rata kota-kota di Israel termasuk Tel Aviv dan Haifa kurang dalam 10 menit, jika Israel melakukan serangan balasan atas respons hujan misil balistik kiriman Iran pada 1 Oktober lalu. Surat kabar Keyhan, dilansir Iran Wire, pada Selasa (8/10/2024), mengklaim, bahwa, "Sebelum pesawat-pesawat Israel dapat mencapai ruang udara Iran, yang mana butuh waktu dua hingga tiga jam dari Tel Aviv ke Teheran, misil-misil Iran akan meratakan Tel Aviv dan Haifa kurang dari 10 menit."
Keyhan dalam pemberitaannya juga menambahkan kiasan, bahwa komandan angkatan udara Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) "masih menempatkan jarinya di tombol pemicu (misil)."
Serangan misil balistik pada 1 Oktober yang menargetkan beberapa kota di Israel, digambarkan sebagai semata 'awalan' dan operasi militer yang lebih besar yang bertujuan untuk "menghancurkan rezim Zionis."
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah akan membalas serangan misil Iran. Pada Selasa, pemimpin partai oposisi, Yair Lapid menyerukan rezim Netanyahu untuk segara membalas serangan Iran.
Yair Lapid menyarankan serangan terhadap fasilitas minyak Iran. Ia berargumen bahwa, ekonomi Iran saat ini di ambang kolaps, sehingga dengan menghancurkan fasilitas minyaknya, akan semakin membuat Iran terpuruk.
Adapun soal rencana menyerang fasilitas nuklir Iran, Lapid mengatakan, hal itu perlu didiskusikan lebih dulu dengan Amerika Serikan. "Saya pikir perlu memobilisasi koalisi lebih besar untuk menyerang fasilitas nuklir Iran," kata Lapid dikutip News Max.
"Itu harus bekerja sama dengan AS tapi saat ini, Israel perlu segera merespons tidak dengan satu tapi dua serangan. Kita tidak bereaksi keras atas serangan pertama. Fasilitas minyak Iran adalah ekonomi mereka," kata Lapid.
"Iran adalah negara yang secara ekonomi terfragmentasi, dan anda selalu menyerang di mana kelemahan musuh."