Kamis 03 Oct 2024 17:34 WIB

Menlu Lebanon: Sebelum Gugur, Hassan Nasrallah Setuju Damai dengan Israel

Hizbullah setuju gencatan senjata dengan Israel, namun pemimpinnya malah dibunuh.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Menteri Luar Negeri (Menlu) Lebanon, Abdallah Bou Habib.
Foto: Dok NNA
Menteri Luar Negeri (Menlu) Lebanon, Abdallah Bou Habib.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW-- Pemimpin gerakan Lebanon Hizbullah, Hassan Nasrallah sempat menyetujui gencatan senjata sementara dengan Israel, beberapa hari sebelum gugur di Beirut. Fakta itu diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Lebanon Abdallah Bou Habib.

Pada 25 September 2024, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan mitranya Presiden Prancis Emmanuel Macron mengeluarkan pernyataan bersama untuk gencatan senjata antara Israel dan Lebanon. "Dia (Nasrallah) setuju, dia setuju ... Kami sepenuhnya sepakat. Lebanon menyetujui gencatan senjata dengan berkonsultasi dengan Hizbullah," kata Bou Habib kepada CNN.

Baca: AS Tawarkan Turki F-35 dengan Kompensasi Serahkan Sistem S-400

"Ketua Parlemen (Lebanon) Nabih Berri berkonsultasi dengan Hizbullah dan kami memberi tahu pihak Amerika dan Prancis tentang apa yang terjadi. Mereka mengatakan kepada kami bahwa (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu juga menyetujui pernyataan yang dikeluarkan kedua presiden (Biden dan Macron)," kata Bou Habib dilaporkan Sputnik-OANA.

Menurut Bou Habib, semua pihak yang terlibat menyetujui usulan yang diajukan oleh kedua presiden tersebut. Dia menjelaskan, Lebanon mengandalkan bantuan AS untuk mengingatkan Israel, sebab mereka berperan "sangat penting" dalam situasi ini dan Beirut tampaknya tidak memiliki opsi lain.

Baca: Dubes Jepang Sambut Kru KRI Bima Sakti Sudah Tiba di Yokosuka

Sayangnya, Nasrallah wafat dalam serangan udara Israel di Beirut pada 27 September 2024. Dampaknya, Israel dan Hizbullah yang berbasis di Lebanon saling meluncurkan serangan roket dan serangan udara sejak pekan lalu.

Rezim Zionis itu mengirim pasukan melintasi perbatasan pekan ini dan bentrokan di darat dimulai lebih awal pada Rabu (2/10/2024). Akibatnya, banyak negara mengevakuasi warga mereka dari Lebanon karena faktor ketidakamanan.

Invasi Israel ke Lebanon direspons serangan rudal yang dilancarkan Iran. Serangan Iran yang merupakan sekutu Hizbullah terhadap Israel pada Selasa (1/10/2024), dianggap hanya memperburuk ketegangan di kawasan tersebut.

Baca: Sambut HUT Ke-79 TNI, Lanud Husein Sastranegara Gelar Lomba Fotografi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement