Rabu 02 Oct 2024 23:12 WIB

Pola Pikir Penggunaan Dana Desa untuk Kegiatan Ekonomi Produktif Dinilai Penting

Penggunaan dana desa lebih bermanfaat jika untuk ekonomi yang lebih produktif.

Pekerja memilah sampah di Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (Kupas) BUMDes Panggung Lestari, Desa Panggungharjo, Bantul, DIY, Selasa (2/1/2024). Ini menjadi salah satu sumber ekonomi desa.
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Pekerja memilah sampah di Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (Kupas) BUMDes Panggung Lestari, Desa Panggungharjo, Bantul, DIY, Selasa (2/1/2024). Ini menjadi salah satu sumber ekonomi desa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pola pikir pemanfaatan dana desa untuk hal-hal konsumtif seperti pemenuhan kebutuhan sehari-hari atau pembangunan infrastruktur dinilai perlu diubah. Secara perlahan, masyarakat kini mulai memanfaatkan dana desa untuk inisiatif ekonomi yang lebih produktif dan berkelanjutan.

“Kami juga sudah mengonfirmasi dampak bahwa masyarakat atau pola pikir masyarakat dalam hal penggunaan dana desa ini sudah berubah dari sekadar menggunakan untuk biaya sehari-hari menjadi kegiatan yang bermanfaat secara ekonomi,” ujar Country Director International Fund Agriculture Development (IFAD) Indonesia, Hani El Sadani, dalam keterangannya pada Rabu (2/10/2024).

Baca Juga

Menurut Hani, salah satu yang mempengaruhi perubahan pola pikir tersebut adalah Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (Tekad) yang dijalankan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bersama IFAD.

Perubahan pola pikir tersebut, lanjut Hani, menunjukkan bahwa Program Tekad tidak hanya memberikan intervensi pada aspek ekonomi, tetapi juga berhasil menanamkan mindset atau pola pikir baru dalam tata kelola keuangan desa. Selain itu, Program Tekad juga dinilai membantu masyarakat desa untuk merencanakan masa depan ekonomi mereka dengan lebih baik.

“Dengan program Tekad, desa-desa kini memiliki visi ekonomi yang jelas, menetapkan tujuan jangka panjang, dan mencari peluang usaha yang bisa mendukung kesejahteraan desa secara berkelanjutan,” katanya.

Hani pun mengungkapkan pengalamannya saat mengunjungi desa-desa sasaran. Saat itu ia menemukan seorang ibu di Raja Ampat, Papua Barat, telah menggunakan hasil penjualan abon ikan dari lahan demplot untuk membiayai pendidikan anaknya dan memberikan makanan bergizi bagi keluarganya.

“Mungkin tadi cerita saya hanya datang dari satu desa saja, tapi Tekad hadir untuk menghadirkan perubahan pola pikir agar masyarakat bisa memiliki Goals dan rencana dan berpikir depan untuk mencari peluang ekonomi,” ujarnya.

Sebelumnya, lanjut Hani, pemanfaatan Dana Desa di wilayah tersebut kurang terarah pada kegiatan ekonomi produktif. Namun, kata dia, kehadiran Tekad telah mendorong masyarakat untuk berpikir lebih strategis dalam memanfaatkan potensi ekonomi lokal yang dimiliki.

“IFAD akan terus menjadi memberikan komitmennya dalam menghadirkan keberlanjutan Tekad dan terus berusaha agar projek ini bisa menghadirkan tujuan pengembangan sebelum projek ini selesai,” ujarnya.

Hani menegaskan, IFAD sebagai mitra pendanaan internasional dari program Tekad, akan terus memberikan dukungan penuh untuk memastikan keberlanjutan program ini. Dia berharap Program Tekad bisa menjadi model pemberdayaan yang bisa direplikasi di daerah lain.

“Keberhasilan ini menunjukkan bahwa perubahan pola pikir masyarakat dan pendekatan yang tepat dalam pemanfaatan Dana Desa dapat menjadi kunci untuk menciptakan kemandirian ekonomi di desa-desa tertinggal dan sangat tertinggal di Indonesia,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement