Rabu 18 Sep 2024 20:34 WIB

Ledakan Pager di Lebanon, Hizbullah: Israel Akan 'Bayar Mahal' Kejahatan Ini

Rusia ikut mengutuk keras serangan terhadap Lebanon ini.

Penampakan salah satu pager yang meledak di Lebanon akibat sabotase Israel pada Selasa (17/9/2024).
Foto: X
Penampakan salah satu pager yang meledak di Lebanon akibat sabotase Israel pada Selasa (17/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah memperingatkan rezim Zionis di Israel bahwa mereka akan membayar "harga mahal" atas serangan teroris penyeranta yang terjadi di seluruh wilayah negara Arab tersebut. Menurut stasiun TV Lebanon, Al-Manar, Hizbullah melalui sebuah pernyataan mengumumkan, kejahatan itu akan "melipatgandakan tekadnya untuk jihad."

Pihaknya juga menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam kepada keluarga korban. Adapun mereka yang luka-luka juga didoakan agar lekas diberikan kesembuhan.

Baca Juga

"Kami akan terus mendukung Gaza dan perlawanan mereka serta membela Lebanon, bangsanya, dan kedaulatannya," demikian menurut isi pernyataan tersebut, yang disiarkan pada Rabu (18/9/2024) pagi waktu setempat.

Pada Selasa (17/9) malam, Israel melancarkan serangan teroris yang menyebabkan perangkat komunikasi pager (penyeranta) meledak di sejumlah wilayah di Lebanon. Akibatnya, sejumlah orang tewas dan lebih dari dua ribu orang lainnya luka-luka. Selain itu, Duta Besar Iran untuk Lebanon, Mojtaba Amani, juga dilaporkan terluka dalam peristiwa tersebut.

Pemerintah Rusia ikut mengutuk keras beberapa ledakan pager atau penyeranta elektronik di Lebanon yang menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai banyak warga lainnya. Negeri Beruang Merah menyebut, kejadian itu sebagai tindakan perang hibrida.

"Kami menganggap insiden ini sebagai tindakan perang hibrida melawan Lebanon yang telah berdampak pada ribuan orang tak berdosa," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia, Maria Zakharova dalam sebuah pernyataan di Moskow, Rabu (18/9/2024).

Rusia, lanjut dia, mengutuk keras serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Lebanon dan warganya yang merupakan pelanggaran berat terhadap kedaulatannya. Rusia menganggap, hal itu merupakan tantangan serius terhadap hukum internasional dengan menggunakan senjata nonkonvensional.

Zakharova mengatakan, para penyelenggara serangan itu dengan sengaja berupaya memicu konfrontasi bersenjata skala besar dan berupaya memprovokasi perang besar di Timur Tengah. Dia menyebut, tindakan tidak bertanggung jawab tersebut mempunyai konsekuensi yang sangat berbahaya karena semakin meningkatkan ketegangan di wilayah perbatasan Israel-Lebanon.

Pejabat Rusia tersebut turut menekankan pentingnya penyelidikan komprehensif untuk membawa pelaku ke pengadilan. Sehingga aksi terorisme lainnya tidak terselubung, seperti yang coba dilakukan negara-negara Barat dengan penyelidikan ledakan pipa gas Nord Stream pada 2022.

Zakharova menambahkan, Rusia menyerukan kepada semua pihak yang terlibat untuk menjauh dan menahan diri dari langkah-langkah yang akan semakin mengacaukan situasi militer dan politik di Timur Tengah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement