REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Sabotase massal terhadap sejumlah besar pager di Lebanon dinilai membutuhkan kemampuan intelijen dan teknis yang tepat waktu.
Sejak dimulainya konflik Gaza tahun lalu, Hizbullah telah memperingatkan anggotanya untuk tidak menggunakan ponsel karena khawatir telepon tersebut dapat dilacak dan disusupi oleh agen intelijen Israel.
Hal itu seperti terjadi pada 1996 silam. Saat itu, badan Shin Bet, Israel, telah membunuh seorang pembuat bom Hamas dengan bahan peledak di ponselnya. Mengingat ancaman tersebut, Hizbullah kini menggunakan pager untuk berkomunikasi.
Seperti dilansir BBC, seseorang - dan Hizbullah tidak ragu bahwa Israel berada di balik ini - mampu secara diam-diam memasukkan diri mereka ke dalam rantai pasokan pager tersebut.
Seorang mantan ahli amunisi Angkatan Darat Inggris, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada BBC bahwa perangkat tersebut kemungkinan besar dikemas dengan masing-masing 10 hingga 20 gram bahan peledak berkekuatan tinggi kelas militer. Bahan peledak itu disembunyikan di dalam komponen elektronik palsu.