Dari 20 nama yang diumumkan Pansel Capim KPK, tidak ada lagi nama Sudirman Said. Padahal, mantan menter Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) itu ikut mendaftar proses seleksi setelah didorong oleh kalangan masyakarat sipil atau LSM.
Ketua IM57+ Institute Praswad Nugraha pada Juli lalu menjadi salah satu yang mendorong Sudirman Said mendaftar ikut seleksi capim KPK. Praswad, yang merupakan mantan penyidik KPK, mengatakan saat ini lembaga antirasuah butuh pimpinan yang berintegritas, serta berani dan punya penguasaan politik yang mumpuni.
“Kriteria seperti itu ada pada Sudirman Said. Kita ingat bagaimana beliau tak takut dicopot dari jabatannya untuk melawan Setya Novanto dalam skandal Papa Minta Saham. Tak berselang lama, KPK menetapkan Setnov jadi tersangka,” ujar Praswad.
Hal senada juga disampaikan Pakar Hukum Tata Negara Feri Amsari. Dia juga memberikan dukungan kepada Sudirman Said untuk membenahi KPK.
“Banyak yang berintegritas tapi belum tentu berani, ada yang berani tapi belum teruji ketika berhadapan dengan kekuatan politik. Sudirman Said sudah teruji,” ujar Feri Amsari.
Sudirman akhirnya memang mendaftarkan diri menyusulnya banyaknya aspirasi yang ia terima. Pada akhir Juli, Sudirman pun sempat menjalani tes tertulis dan lolos.
Saat itu Sudirman menjelaskan, pertanyaan tes tertulis yang diberikan pansel seputar pengetahuan umum mengenai korupsi dan kelembagaan KPK, serta pandangan masing-masing calon terhadap isu krusial. "Misalnya, soal kewenangan, soal perampasan aset. Jadi, lebih ke pengetahuan umum dan visinya peserta," ucapnya.
Di samping itu, Sudirman mengatakan bahwa pimpinan KPK ke depan memiliki tugas utama untuk memperkuat konsolidasi internal dan menampilkan diri sebagai teladan.
Eks penyidik KPK, Yudi Purnomo Harahap menilai, keikutsertaan Sudirman Said semakin memeriahkan kontestasi seleksi capim KPK. Sebab, menurutnya, persaingan antarcapim KPK akan semakin ketat.
"Sehingga capim yang ikut bukan dia lagi dia lagi atau sosok yang belum dikenal publik," kata Yudi.