Kritik terhadap media Barat sudah pernah juga diutarakan oleh Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Boroujerdi, tak lama setelah perang Israel-Hamas di Gaza pecah. Menurut Boroujerdi saat itu, Israel sedang berupaya mengubah kebenaran, yakni dengan mengubah tempat, korban dan pihak yang melakukan invasi dalam konflik Palestina-Israel.
"Mereka (negara Barat) ingin membuat framing bahwa yang melakukan invasi adalah Palestina dan yang menjadi korban adalah rezim Zionis Israel," kata Boroujerdi, akhir Oktober 2023 lalu.
Boroujerdi menjelaskan bahwa krisis di Palestina berlangsung sejak puluhan tahun silam. Yakni, ketika rezim Israel menduduki wilayah-wilayah Palestina dan mulai melakukan pembantaian, pembunuhan serta merampas hak bangsa Palestina dan bukan saat Hamas meluncurkan Operasi Badai Al Aqsa pada 7 Oktober.
"Tentu, salah satu hal yang bisa dianggap kesalahan adalah jika kita menganggap krisis di Palestina terjadi sejak beberapa pekan lalu, sejak Operasi Badai Al-Aqsa. Sedangkan masalah ini dimulai sejak puluhan tahun yang lalu," katanya.
Berdasarkan sejumlah naskah dan dokumen dari PBB, Palestina adalah wilayah yang sedang diduduki dan pihak yang mendudukinya adalah Israel. Berdasarkan kenyataan ini pembelaan sah adalah hak dari bangsa Palestina, kapan pun dan di manapun, katanya.
Menurut Boroujerdi, tujuan utama rezim Israel adalah genosida dan mereka ingin melakukan pembunuhan massal di Palestina, 'membersihkan' bangsa Palestina dan menyatukan pendudukan mereka.
"Menurutnya, rezim Zionis tidak mematuhi peraturan standar maupun regulasi apapun yang diakui secara internasional terhadap keadaan perang dan melakukan pembantaian terhadap masyarakat, menyerang rumah sakit, membunuh para pihak pihak yang tidak berdosa.
"Ini semuanya bertentangan dengan hukum internasional dan bertentangan dengan apa yang telah disepakati bersama."