Selasa 03 Sep 2024 13:32 WIB

Antisipasi Potensi Gempa Megathrust, BMKG Sebut Pentingnya Penyesuaian Gaya Rumah

Bangunan yang tak dirancang dengan baik sangat rentan terhadap kerusakan gempa.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Gempa (ilustrasi). BMKG menekankan perlunya penyesuaian gaya rumah untuk mengantisipasi potensi gempa megathrust.
Foto: republika
Gempa (ilustrasi). BMKG menekankan perlunya penyesuaian gaya rumah untuk mengantisipasi potensi gempa megathrust.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan masyarakat akan pentingnya memperkuat struktur bangunan, khususnya rumah tinggal, untuk menghadapi potensi gempa bumi megathrust. Gempa bumi megathrust, yang berpotensi memicu tsunami dahsyat, dinilai merupakan ancaman serius bagi wilayah Indonesia yang berada di Cincin Api Pasifik.

BMKG menekankan bahwa bangunan yang tidak dirancang dengan baik akan sangat rentan terhadap kerusakan parah, bahkan runtuh, saat terjadi gempa besar. "BMKG selalu berupaya melakukan edukasi ya, bagaimana menghadapi ini (megathrust), bukan saja pada masyarakat, tetapi juga pada pemangku kepentingan, para pengambil keputusan, agar pola hidup, gaya hidup, gaya membangun rumah bangsa Indonesia ke depan ini juga bisa menyesuaikan," kata Deputi Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto saat ditemui di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Senin (2/9/2024).

Baca Juga

Ia mengatakan, masyarakat tidak perlu panik atas informasi terkait gempa megathrust, karena BMKG selama ini secara terus-menerus sudah memberikan edukasi dan informasi terkait mitigasi yang perlu dilakukan masyarakat untuk menghadapi kemungkinan bencana tersebut. "Pertama, masyarakat jangan panik, justru kalau panik salah. Masyarakat harus ter-literasi dengan baik, kemudian mengikuti arahan-arahan dari sumber-sumber resmi BMKG. Masyarakat harus semakin banyak tahu, bagaimana kita menghadapi potensi-potensi seperti itu," ujarnya.

Tri menyebut Indonesia memiliki titik-titik gempa megathrust yang perlu diwaspadai dan berpotensi menimbulkan bencana. "Sebanyak garis yang disampaikan itu semua memiliki potensi ya. Jadi, seharusnya memang kita seluruh masyarakat Indonesia yang sudah berada di jalur-jalur itu harus bersiap-siap, termasuk media juga harus menyampaikannya dengan benar, jangan terlalu menakut-nakuti masyarakat," paparnya.

Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nuraini Rahma Hanifa memaparkan berbagai potensi maksimal gempa yang bisa terjadi di 15 segmen megathrust yang ada di Indonesia. "Ada 15 segmen megathrust yang membentang dari sepanjang pesisir barat Sumatera Selatan, Jawa, sampai selatan Bali, NTT, NTB, di Utara Sulawesi, dan Utara Papua. Memang kalau secara potensinya itu bisa magnitudo-nya sampai 9 ya," kata Rahma.

Ia memaparkan berbagai potensi tersebut terdapat di segmen Aceh-Andaman dengan potensi 9,2 Magnitudo maksimum (Mmax), Nias-Simeulue 8,9 Mmax, Kepulauan Batu 8,2 Mmax, Mentawai-Siberut 8,7 Mmax, Mentawai-Pagai 8,9 Mmax, Enggano 8,8 Mmax, serta Selat Sunda-Banten 8,8 Mmax. Kemudian, Jawa Barat 8,8 Mmax, Jawa Tengah-Timur 8,9 Mmax, Bali 9,0 Mmax, Nusa Tenggara Barat (NTB) 8,9 Mmax, Nusa Tenggara Timur 8,7 Mmax, Sulawesi Utara 8,5 Mmax, Filipina-Maluku 8,2 Mmax, Laut Banda Utara 7,9 Mmax, serta Laut Banda Selatan 7,4 Mmax.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement