REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ridwan Kamil, salah satu calon gubernur (cagub) yang akan bertarung di Pilkada Jakarta 2024 tak ingin menjadikan isu sepak bola sebagai bahan politik dalam kampanyenya. Cagub dari KIM Plus itu mengatakan, gagasannya untuk menjadi gubernur adalah menjadikan Jakarta untuk semua, termasuk Persija, pun Jakmania.
“Saya tidak mau terlalu terlihat seolah-olah memanfaatkan sepak bola untuk hal-hal yang sifatnya politis,” begitu kata Bang Emil, saat hadir dalam deklarasi tim relawan Ridwan Kamil-Suswono di Jakarta Selatan, Ahad (1/9/2024). Ridwan Kamil meminta untuk disapa Bang Emil yang menjadi nama akrabnya selama Pilkada Jakarta tahun ini.
Mantan gubernur Jawa Barat (Jabar) itu mengakui, keberadaan Persija dan Jakmania memang adalah fakta atas keberadaan masyarakat di Jakarta. Kata Bang Emil, keberadaan Persija dan Jakmania merupakan bagian dari budaya keolahragaan yang tak bisa diabaikan begitu saja oleh siapapun yang memimpin Jakarta.
“Jadi poinnya, adalah saya tidak ingin ada yang terlewat dalam pengurusan Jakarta. Dalam mengurus Jakarta itu, mulai dari budayanya, dari birokrasinya, termasuk budaya keolahragaannya, yang di dalamnya ada Persija dan Jakmania. Dan itu pasti bagian yang diurus,” begitu ujar Bang Emil.
Persija merupakan klub sepak bola kebanggaan warga dan masyarakat di Jakarta. The Jakmania, merupakan barisan suporter kesebelasan Macan Kemayoran itu. Bang Emil merupakan mantan wali kota Bandung dan mantan gubernur Jawa Barat yang diusung oleh 13 partai yang tergabung dalam KIM Plus untuk Pilkada Jakarta. Latar belakang Emil yang asli Bandung-Jabar itu, selama ini membawa label atas dirinya sebagai pendukung Persib Bandung.
Bang Emil selama ini, pun dilabeli sebagai Bobotoh yang merupakan barisan suporter utama kesebelasan Maung Bandung itu. Selama ini, antara Persija dan Persib, pun juga Jakmania serta Bobotoh, menyimpan rivalitas yang keras di setiap level kompetisi sepak bola nasional. Bahkan rivalitas antarsuporter dua kesebelasan besar di Tanah Air itu, beberapa kali berujung pada perkelahian fisik, sampai dengan hilang nyawa.
Sentimen anti-Bobotoh, bagi Jakmania di Jakarta, merambat pada dinamika politik di Pilkada Jakarta atas majunya Ridwan Kamil di wilayah kandang Macan Kemayoran. Bahkan di sejumlah wilayah yang menjadi basis-basis utama loyalias Persija, para the Jakmania mulai menyerukan penolakan terhadap Bang Emil. Penolakan tersebut melalui penyebaran-penyebaran poster yang bertuliskan ‘Jakarta bukan untuk Ridwan Kamil’ dan juga ‘Jakarta Boikot Ridwan Kamil’.