Jumat 30 Aug 2024 17:32 WIB

Penataan Ekosistem IPTEK untuk Mendukung Asta Cita Terus Dilakukan

Diskusi ini menyoroti pentingnya kolaborasi erat.

Rep: Antara/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI), dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menggelar diskusi bertema Penataan Ekosistem IPTEK untuk Mendukung Asta Cita di Jakarta, Rabu (28/8/2024).
Foto: Dok. Web
Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI), dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menggelar diskusi bertema Penataan Ekosistem IPTEK untuk Mendukung Asta Cita di Jakarta, Rabu (28/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, Centre for Innovation and Technology Studies (CTIS), Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI), dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menggelar diskusi bertema “Penataan Ekosistem IPTEK untuk Mendukung Asta Cita”di Jakarta, Rabu (28/8/2024). Diskusi ini menyoroti pentingnya kolaborasi erat antara akademisi, industri, dan pemerintah dalam menciptakan ekosistem ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mampu mendukung visi Indonesia 2045: maju, berdaulat, adil, dan makmur.

Asta Cita, sebagai visi pembangunan pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming, menekankan penguatan SDM, sains, teknologi, dan inovasi sebagai pilar utama. Dalam konteks ini, pemanfaatan hasil riset dan inovasi menjadi motor penggerak pembangunan berkelanjutan dan daya saing bangsa.

Baca Juga

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Periode 2014-2015, Prof. Dr. Ir. Indroyono Soesilo, M.Sc menyatakan bahwa Indonesia membutuhkan infrastruktur IPTEK yang kokoh untuk mendorong inovasi di berbagai sektor, dari teknologi digital hingga industri berkelanjutan. “Tanpa kolaborasi yang kuat, pembangunan infrastruktur IPTEK akan tertinggal dari negara lain yang sudah berlari lebih cepat. Kolaborasi lintas sektor ini sangat penting untuk mempercepat implementasi teknologi dalam industri,” katanya.

Selain infrastruktur, pentingnya memanfaatkan hasil riset untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi di sektor industri. Menurutnya, penelitian yang bersinergi dengan kebutuhan industri akan membantu percepatan pencapaian target-target pembangunan nasional. “Kita perlu memastikan bahwa hasil riset kita tidak berhenti di laboratorium, melainkan dapat diaplikasikan secara langsung untuk menyelesaikan masalah riil di lapangan,” kata dia.

Tantangan yang dihadapi ekosistem IPTEK saat ini juga diulas dalam diskusi tersebut. Mantan Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro, menggarisbawahi bahwa minimnya koordinasi antara akademisi, industri, dan pemerintah sering kali menjadi hambatan utama. “Kita perlu membuat jembatan yang lebih kuat di antara ketiga sektor ini. Dengan kerja sama yang erat, kita bisa mendorong inovasi yang lebih relevan dan solutif,” ucapnya.

Diskusi ini menghasilkan beberapa rekomendasi strategis untuk mendukung implementasi Asta Cita melalui penguatan ekosistem IPTEK. Beberapa rekomendasi tersebut mencakup optimalisasi UU No.11/2019 tentang Sistem Nasional Pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Inovasi, serta pengembangan infrastruktur IPTEK yang berfokus pada inovasi berbasis kebutuhan pasar dan masyarakat.

Dengan memperkuat ekosistem IPTEK yang inklusif dan kolaboratif, Indonesia diharapkan mampu bersaing di panggung global, mengoptimalkan potensi riset dan teknologi, serta menciptakan inovasi yang berdampak besar bagi pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.

Acara yang dihadiri oleh berbagai tokoh dan pegiat IPTEK ini merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju pada 2045. Pemerintah, akademisi, dan industri diharapkan terus bersinergi dalam upaya membangun bangsa melalui ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement