Ahad 18 Aug 2024 13:49 WIB

Israel Gencarkan Pembunuhan Warga Gaza di Tengah Perundingan Gencatan

Sebanyak 50 warga Gaza dibunuh Israel dalam penyerangan 24 jam belakangan.

Warga Palestina menangisi jenazah di pemakaman belasan yang syahid dalam serangan Israel, di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, Jalur Gaza, Sabtu, 17 Agustus 2024.
Foto:

Pejabat Hamas Osama Hamdan mengatakan kepada Aljazirah bahwa semua orang mengerti sekarang bahwa Netanyahu dan pemerintahnya tidak bersedia mencapai kesepakatan gencatan senjata.

“Israel, dalam perundingan dua hari tersebut, menolak proposal yang diperkenalkan oleh Amerika pada 24 Juni berdasarkan inisiatif Biden, resolusi Dewan Keamanan, dan juga bertanggung jawab atas poin-poin Israel,” ujarnya.

“Mereka menolaknya bahkan setelah Hamas menerimanya. Setelah negosiasi dua hari, mereka menentang kertas tersebut dan mereka mempunyai ide-ide baru yang belum pernah dibahas sebelumnya. “Kita harus ingat yang dikatakan menteri militer di Israel: yang merupakan hambatan utama untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, adalah Netanyahu. Dia adalah penghalangnya.”

Hamdan mengatakan Israel menyatakan pada putaran terakhir perundingan di Qatar bahwa mereka menginginkan hak untuk kembali berperang, sebuah kondisi yang menurutnya tidak dapat diterima oleh warga Palestina.

“Tujuan utama dari negosiasi ini adalah untuk menghentikan penderitaan rakyat Palestina,” katanya kepada Aljazirah. “Kalaupun ada pertukaran tahanan, mereka punya hak untuk menyerang kapanpun mereka mau. Bagaimana orang Palestina bisa menerima hal itu?”

Hamdan menambahkan bahwa di Israel, mereka tidak perlu punya alasan untuk membunuh warga Palestina. “Mereka ingin menyingkirkan orang-orang Palestina. Inilah sebabnya kami bersikeras untuk menjamin adanya gencatan senjata dan penarikan penuh.”

Sementara para perunding Israel telah menyatakan “optimisme yang hati-hati” mengenai upaya menuju kesepakatan gencatan senjata di Gaza setelah pembicaraan di Doha, kata kantor Netanyahu pada hari Sabtu.

“Tim tersebut menyatakan optimisme terukur kepada perdana menteri mengenai kemungkinan kemajuan menuju kesepakatan berdasarkan proposal terbaru Amerika,” kata sebuah pernyataan.

“Ada harapan bahwa tekanan besar terhadap Hamas dari Amerika Serikat dan para mediator akan mengarah pada hilangnya penolakan mereka terhadap proposal Amerika, yang berpotensi memungkinkan terjadinya terobosan dalam negosiasi.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement