Sementara, juru bicara tim tanggap darurat Pertahanan Sipil yang beroperasi di bawah pemerintahan lokal yang dijalankan Hamas, Mahmoud Bassal menjelaskan, tiga rudal menghancurkan bangunan dua lantai itu —lantai pertama ditempati masjid dan lantai kedua ditempati sekolah— tempat sekitar 6.000 orang terlantar berlindung dari perang.
"Banyak korban tewas yang tidak dapat dikenali, dan banyak korban adalah perempuan dan anak-anak," katanya.
PBB sebelumnya mengatakan bahwa hingga 6 Juli, 477 dari 564 sekolah di Gaza telah terkena serangan langsung atau rusak dalam perang tersebut. Dalam sebuah laporan pada Sabtu (10/8/2024), Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan telah terjadi sedikitnya 21 serangan terhadap sekolah sejak 4 Juli, yang menewaskan ratusan orang termasuk perempuan dan anak-anak.
Banyak sekolah yang berfungsi sebagai tempat penampungan, kata laporan itu, seraya menambahkan bahwa Israel memiliki kewajiban berdasarkan hukum internasional untuk menyediakan tempat berlindung yang aman bagi para pengungsi. Tindakan pengecut Israel itu pun dikecam banyak pihak, termasuk Uni Eropa.
"Tidak ada pembenaran atas pembantaian ini," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell dalam sebuah pernyataan yang diunggah di platform media sosial X, mengacu pada serangan terhadap sekolah.