REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Pemilih Golkar, Ridwan Kamil, mengaku tidak berkenan jika harus bertarung dengan kotak kosong dalam Pilkada Jakarta. Ia menilai, tidak ada debat dalam kotak kosong.
"Kalau mau kotak kosong debat sama siapa, terus gimana mau mengcounter nya, susah, idealnya kalau bisa jangan dengan kotak kosong. Saya siap, idealnya," kata pria yang akrab disapa RK usai bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto di kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, Kamis.
Menurut RK, bertarung dengan lawan yang seimbang dalam Pilkada merupakan bentuk ideal dari demokrasi. Dalam proses tersebut, calon pemimpin dapat menguji visi, misi dan argumen dan dilihat langsung oleh rakyat.
Di sisi lain, dia juga tidak menampik bahwa fenomena kotak kosong juga bagian dari dinamika demokrasi."Ada kotak kosong mekanisme demokrasi. Kalau tanya ke saya, saya enggak suka," kata RK.
Namun demikian, RK mengaku tidak bisa berbuat banyak akan hal tersebut. Dia yang berstatus sebagai petugas partai hanya mengikuti instruksi untuk mempersiapkan diri jadi calon gubernur Jakarta.
Sebelumnya, Direktur Riset dan Komunikasi Lembaga Survei KedaiKOPI Ibnu Dwi Cahyo menilai posisi Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta semakin terdesak dengan kehadiran Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus.
Hal tersebut dikarenakan partai Nasdem dan PKB diperkirakan akan gabung ke KIM sehingga menyisakan PKS sebagai satu-satunya partai yang mendukung Anies dalam Pilkada Jakarta.
"Kondisi ini tentu tidak menguntungkan Anies dan bila terjadi, Ridwan Kamil (Cagub yang dicalonkan KIM plus) melawan kotak kosong di Jakarta," kata Ibnu Dwi Cahyo dalam siaran pers yang diterima Antara, Rabu (7/8).
Ibnu melanjutkan, untuk memperkuat mesin politik Anies dalam pilkada Jakarta, PKS mempunyai peluang untuk berkoalisi dengan partai pemenang pemilu 2024 yakni PDIP.
Koalisi ini lah yang dianggap dapat menyelamatkan Anies ketika ingin melawan Ridwan Kamil yang didukung koalisi besar pemerintah.