Jumat 02 Aug 2024 20:53 WIB

Kontroversi Tinju Wanita Olimpiade Paris, Imane Khelif, dan Sindrom Swyer

Jika benar wanita, Imane Khelif kemungkinan menderita sindrom Swyer.

Imane Khelif (kiri) dari Aljazair dinyatakan sebagai pemenang dalam pertarungan tinju putri kelas 66 kg, setelah lawannya Angela Carini dari Italia mengundurkan diri pada ronde pertama babak penyisihan 16 besar Olimpiade Paris 2024, di Arena Paris Utara di Villepinte, Prancis, Kamis (1/8/2024).
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Imane Khelif (kiri) dari Aljazair dinyatakan sebagai pemenang dalam pertarungan tinju putri kelas 66 kg, setelah lawannya Angela Carini dari Italia mengundurkan diri pada ronde pertama babak penyisihan 16 besar Olimpiade Paris 2024, di Arena Paris Utara di Villepinte, Prancis, Kamis (1/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Imane Khelif jadi buah bibir. Petinju Aljazair ini baru saja memenangi pertandingan 16 besar kelas 66 kg tinju wanita Olimpiade Paris. Ia mengalahkan Angela Carini yang memutuskan mundur setelah 46 detik bertarung.

Bukan kemenangan yang dipersoalkan, tapi kelayakan Khelif berlaga di tinju wanita. Pasalnya, perawakan fisiknya seperti pria. Yang paling utama, Khelif, bersama petinju Taiwan Li Yuting, dicoret gelarnya dari Kejuaraan Dunia 2023 oleh Asosiasi Tinju Internasional (International Boxing Association/IBA) karena "tak lulus kelayakan gender".

Baca Juga

IBA mengklaim menemukan kromosom XY yang berada dalam tubuh Khelif dan Yuting. Padahal kromosom XY ini normalnya ada di tubuh pria.

Ada yang menganggap Khelif transgender. Yang lain tak eksplisit menyebutnya transgender, tapi menudingnya tak pantas berkompetisi dengan sesama wanita.

Pembelaan datang dari negaranya Aljazair. Foto-fotonya saat masa kecil dengan tampilan perempuan muncul di jagat maya. Ada juga yang mengkritik keras pihak-pihak yang menyudutkan Khelif sekarang. Sebab, ia sudah berlaga di Olimpiade Tokyo yang berlangsung pada 2021. Saat itu, Khelif terhenti di perempat final setelah dikalahkan petinju Irlandia Kellie Harrington. Cuplikan video pertarungannya viral di media sosial.

Swyer syndrome

Apakah pemilik kromosom XY harus selalu pria/laki-laki? Jawabannya ternyata tidak. Sebab, ternyata ada jenis kelainan yang bernama Swyer sindrom. Sindrom Swyer adalah suatu kondisi yang memengaruhi perkembangan jenis kelamin. Perkembangan jenis kelamin biasanya mengikuti jalur tertentu berdasarkan kromosom individu. Namun pada Sindrom Swyer, perkembangan jenis kelamin tidak khas untuk pola kromosom individu yang terkena.

Dikutip dari Medlineplus, kromosom berisi instruksi genetik tentang bagaimana tubuh berkembang dan berfungsi. Manusia biasanya memiliki 46 kromosom dalam setiap sel. Dua dari 46 kromosom tersebut, yang dikenal sebagai X dan Y, disebut kromosom seks karena mereka membantu menentukan apakah seseorang akan mengembangkan struktur reproduksi pria atau wanita.

Anak perempuan dan perempuan biasanya memiliki dua kromosom X (kariotipe 46,XX), sedangkan anak laki-laki dan laki-laki biasanya memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y (kariotipe 46,XY). Pada sindrom Swyer, individu memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y di setiap sel, yang merupakan pola yang biasanya ditemukan pada anak laki-laki dan pria. Namun, mereka memiliki struktur reproduksi perempuan.

Orang dengan sindrom Swyer memiliki alat kelamin eksternal perempuan dan beberapa struktur reproduksi internal perempuan. Orang-orang ini biasanya memiliki rahim dan saluran tuba, tetapi gonad mereka (ovarium atau testis) tidak berfungsi. Sebaliknya, gonadnya kecil dan kurang berkembang serta mengandung sedikit jaringan gonad. Struktur ini disebut gonad beruntun.

Jaringan gonad beruntun berisiko terkena kanker yang sering kali sulit dideteksi, sehingga biasanya diangkat melalui pembedahan. Sindrom Swyer juga disebut disgenesis gonad lengkap 46,XY; istilah medis "disgenesis" berarti "perkembangan abnormal".

Karena tampak seperti perempuan dari luar, bayi dengan sindrom Swyer biasanya dibesarkan sebagai anak perempuan dan mengembangkan identitas gender perempuan. Sindrom Swyer dapat diidentifikasi sebelum lahir, saat lahir, atau setelahnya ketika seorang anak tidak mengalami masa pubertas seperti biasanya.

Karena mereka tidak memiliki ovarium yang berfungsi untuk memproduksi hormon, individu yang terkena sindrom ini sering kali memulai terapi penggantian hormon pada awal masa remaja untuk memulai masa pubertas, menyebabkan payudara dan rahim tumbuh, dan pada akhirnya menyebabkan menstruasi. Terapi penggantian hormon juga penting untuk kesehatan tulang dan membantu mengurangi risiko kepadatan tulang yang rendah (osteopenia) dan tulang yang rapuh (osteoporosis).

Wanita dengan sindrom Swyer tidak menghasilkan sel telur (ovum), tetapi jika mereka memiliki rahim, mereka mungkin dapat hamil dengan sel telur atau embrio yang disumbangkan.

Wanita dengan sindrom swyer biasanya memiliki tubuh tinggi, rahim kecil, dan klitoris yang sedikit membesar dibandingkan kebanyakan wanita. Wanita dengan sindrom swyer biasanya tidak subur, tapi bisa hamil jika melakukan implantasi telur yang disumbangkan.

Merujuk keterangan di atas, boleh jadi Imane Khelif--dan Li Yuting-- merupakan pengidap sindrom swyer. Belum ada keterangan resmi perihal ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement