Rabu 31 Jul 2024 16:00 WIB

Pengamat Bulu Tangkis Nilai Kapasitas Rinov/Pitha Saat ini Sulit Bersaing di Olimpiade

Daryadi menyebut ganda campuran dunia saat ini dikuasai China.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari dalam latihan di Chambly, Prancis.
Foto: dok PBSI
Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari dalam latihan di Chambly, Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu-satunya pasangan ganda campuran Indonesia yang berlaga di Olimpiade Paris 2024, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari gagal melaju ke babak perempat final ajang multi event terbesar di dunia ini.

Pasangan yang baru dipastikan lolos ke Olimpiade pada injury time ini gagal bersaing di Grup C. Walau pada laga pertama di luar dugaan menang atas wakil Korea Selatan Kim Won-ho Jeong Na-eun 22-20, 14-21 dan 21-19, tapi, dalam dua pertandingan selanjutnya kalah dari pasangan China Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan wakil tuan rumah Thom Gicquel/Delphine Delrue. Ini membuat Rinov/Pitha menempati juru kunci grup.

Baca Juga

Ini pencapaian terburuk sektor ganda campuran di pentas Olimpiade. Sejak didipertandingkan pada Olimpiade 1996, sektor ini sudah menyumbang satu emas dan dua perak. Dan wakil Indonesia selalu dapat lolos dari persaingan grup.

Pengamat bulu tangkis Daryadi tak kaget dengan hasil yang diraih sektor ganda campuran yang gagal lolos perempat final. Sebab, persaingan ganda campuran dunia saat ini begitu sengit dan Rinov/Pitha belum di level sepadan dengan para jagoan saat ini.

"Ganda campuran saat ini dikuasai oleh Cina melalu dua pasangannya Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan Feng Yangzhe/Huang Dongping. Kemudian ada dua juga pasangan Korea Selatan, Seo Seung-jae/Chae Yoo-jung. Ada dari Jepang Yuta Watanabe/Arisa Higashino, satu lagi pasangan Thailand Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai," kata Daryadi.

Menurut penilaian Daryadi, untuk menembus sepuluh besar dunia pun Rinov/Pitha sulit. Ia mengingatkan proses ganda ini lolos ke Olimpiade yang kurang meyakinkan. Rinov/Pitha baru memastikan lolos pada saat-saat akhir perhitungan poin race to Olympic.

"Selepas ditinggal Owi/Butet (Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir) Indonesia memang kesulitan mencari penerus yang bisa konsisten di peta persaingan dunia. Sempat ada Praveen/Melati tetapi mereka lebih banyak faktor non-teknisnya. Setelah mereka kita benar-benar tidak ada penerus yang bagus," jelas sosok yang kerap mengisi layar kaca sebagai komentator bulu tangkis.

Faktor pelatih menurut Daryadi juga berperan. Waktu peralihan dari Nova Widianto ke Herry IP dinilainya tidak ideal. Herry, kata Daryadi, tak punya waktu cukup untuk membentuk pasangan terbaik karena mepet dengan perhitungan nilai Olimpiade. Ia hanya mengolah dua ganda campuran yang tersedia, yakni Rinov/Pitha dan Rehan/Lisa.

"Kita tidak bisa menyalahkan Nova Widianto yang memilih pindah ke Malaysia (kemudian sukses membawa pemainnya ke perempat final olimpiade Paris 2024), begitu pula dengan Flandy Limpele, mereka lebih dihargai di luar negeri," ungkapnya menyiratkan adanya kekeliruan PB PBSI di sisi ini.

Di sisi lain, Daryadi juga menilai Herry IP cukup mumpuni sebagai pelatih dengan rekam jejak menghasilkan ganda-ganda putra top dunia dari tahun ke tahun. Dengan kondisi ganda campuran yang ada saat ini, Daryadi berharap Herry IP punya lebih banyak waktu meracik ganda campuran yang bisa bersaing. Itu pun dengan catatan ia masih dipakai oleh pengurus baru yang akan terpilih pada pertengahan bulan depan.

"Herry IP sudah terbukti di sektor ganda putra, dia sosok pelatih yang memiliki kualitas yang baik. Selain itu feeling-nya dalam membentuk pemain ganda tak diragukan lagi. Tapi kita lihat pengurus PBSI nanti siapa yang akan menjadi pelatih di pelatnas. Tentu saja harapannya yang terbaiklah yang dipilih nantinya," pungkasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement