Kamis 18 Jul 2024 21:00 WIB

Masyarakat Puncak Jaya Bantah Tiga Korban Ditembak TNI adalah Separatis

Warga menyatakan salah satu yang terbunuh adalah kepala desa.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Fitriyan Zamzami
Warga tempatan Puncak Jaya dan pendatang selepas mediasi di Pun ak Jaya, Kamis (18/7/2024)
Foto: Dok Republika
Warga tempatan Puncak Jaya dan pendatang selepas mediasi di Pun ak Jaya, Kamis (18/7/2024)

REPUBLIKA.CO.ID, PUNCAK JAYA — Masyarakat Mulia di Puncak Jaya, Papua Tengah membantah klaim sepihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang menyebutkan tiga korban penembakan, pada Rabu (17/7/2024) adalah anggota separatis bersenjata. Tokoh gereja, dan adat setempat memastikan tiga yang tewas ditembak oleh militer Indonesia tersebut, adalah warga biasa, yang selama ini tak ada kaitannya dengan kelompok separatis bersenjata.

Hal tersebut, disampaikan terbuka oleh Kelompok Masyarakat Adat Mulia di Puncak Jaya, pada Kamis (18/7/2024). Dalam surat terbuka, masyarakat mengatakan, ketiga orang korban tewas yang ditembak mati oleh Satgas Yonif 753, adalah Dominus Enumbi, Pemerintah Murib, dan Tonda Wanimbo. Dan ketiganya, dikatakan tak ada kaitannya dengan klaim TNI sebagai anggota pentolan separatis Teranus Enumbi.

Baca Juga

“Kapendam Cenderawasih dan Satgas 753 telah menyebarkan berita hoa, berupa foto bintang kejora, dan senjata api editan di media masa. Dan menyebarkan berita bohong guna menutupi kesalahan Satgas 753 yang menembak mati ketiga masyarakat sipil tersebut,” begitu dalam pernyataan tertulis Masyarakat Mulia yang diterima Republika, di Jakarta, Kamis (18/7/2024).

“Bahwa yang dilakukan oleh TNI, bersama Satgas TNI lainnya di Puncak Jaya hanya menambah masalah, dan bukan menyelesaikan masalah,” begitu sambung surat terbuka tersebut.

Masyarakat Mulia, dalam penyampaian tersebut memastikan, jika tiga korban yang tembak mati oleh TNI tersebut adalah anggota separatis Papua Merdeka, tentunya tak akan ada perlawanan dari Orang Asli Papua (OAP). Akan tetapi, menurut Masyarakat Mulia, karena salah-satu korban tewas tersebut adalah kepala kampung, yang merupakan salah-satu tokoh adat, yang terjadi adalah perlawanan.

“Kami Masyarakat Mulia Puncak Jaya mengutuk keras Satgas 753 yang menembak mati warga sipil, dan menuduh mereka sebagai OPM. Jika korban yang dibunuh oleh Satgas 753 tersebut adalah anggota OPM, atau anggota Teranus Enumbi, Masyarakat Mulia Puncak Jaya tidak akan melakukan perlawanan sampai membakar mobil polisi dan militer,” begitu menurut pernyataan warga Mulia tersebut.

Perlawanan yang dilakukan OAP bersama Masyarakat Mulia di Puncak Jaya itu, bukan cuma terhadap militer dan kepolisian. Bahkan, dari penembakan tiga warga sipil tersebut mengundang pembalasan yang berujung pada aksi pembalasan terhadap warga pendatang non-OAP. Dikabarkan, dari aksi balasan tersebut, menewaskan empat warga pendatang dan OAP.

Atas jatuhnya korban tersebut, pun Masyarakat Mulia setuju untuk memohon ampunan dan maaf. “Kami turut berduka cita atas semua masyarakat yang tidak bersalah, yang meninggal dunia dari warga Papua maupun pendatang.”

Dari kontak tembak pada Rabu (17/7/2024) tersebut, menurut Kapendam Cendrawasih Letnan Kolonel Chandra Kurniawan, TNI menemukan bukti ketiga yang tewas itu adalah anggota separatis karena ditemukan adanya senjata api. Sementara pemimpin ketiganya, Teranus Enumbi lolos dan kabur ke dalam hutan.

Kata Letkol Chandra, Teranus Enumbi tercatat memiliki rekam jejak separatisme dan kriminalitas. Seperti penembakan, dan pembacokan teradap warga biasa dari kalangan pendatang, dan juga menyasar prajurit-prajurit TNI. Pada 19 Maret 2024 lalu, kata Letkol Chandra, Teranus Enumbi membacok Sertu Ismunandar, dan Serka Salim.

Terkait dengan penembakan tiga terduga separatis itu, evakuasi yang dilakukan TNI membawa ketiga jenazah ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mulia di Puncak Jaya. Akan tetapi, setelah penembakan oleh TNI terhadap tiga terduga OPM tersebut, terjadi insiden kerusuhan.

Sejumlah warga asli Papua menyerang posko, dan kendaraan-kendaraan militer serta kepolisian. Sejumlah kendaraan, dan posko aparat keamanan setempat dibakar. Penyerangan oleh orang-orang asli Papua (OAP) itu juga menyasar ke ruko-ruko milik warga pendatang.

Dari informasi yang tersebar, disebutkan empat warga sipil tewas dalam kerusuhan tersebut. Akan tetapi, sampai Kamis (18/7/2024) belum ada pernyataan resmi dari aparat keamanan terkait situasi keamanan di Puncak Jaya.

Kabid Humas Polda Papua Komisaris Besar (Kombes) Ignatius Benny mengatakan kepada Republika, agar mencari tahu, dan mengkonfirmasi informasi terkait kerusuhan, dan situasi terkini di Puncak Jaya kepada pihak TNI. “Kapendam, Kapen Kogabwilhan, dan Kapen Koopshabema yang bisa menjawab ya,” begitu kata Kombes Benny. Sedangkan dari TNI, sampai berita ini ditulis, juga tidak merespons.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement