REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Federasi Sepak Bola Spanyol (RFF) awalnya dianggap membuat keputusan keliru menunjuk Luis de la Fuente sebagai pelatih timnas Spanyol. Sebab, sosok yang lahir di Haro, Spanyol bagian utara, 63 tahun lalu, tak punya rekam jejak mentereng menangani tim senior, baik di klub dan timnas.
De la Fuente lebih banyak menangani tim junior. Ia dicemooh sebagai "Luis de la Who?" ketika ditunjuk ke tim senior Matador 18 bulan lalu. Namun, de la Fuente langsung membuktikannya dengan meraih gelar juara UEFA Nations League.
Masih banyak yang meragukannya karena Nations League merupakan turnamen kelas dua. Namun De la Fuente akhirnya menjawab tuntas keraguan tersebut dengan gelar juara Piala Eropa 2024. Ia membawa tim Matador berjaya di Euro 2024 Jerman dengan menyapu bersih seluruh kemenangan sejak dari fase grup sampai final.
De la Fuente telah menerapkan pendekatan menyerang yang ganas, beralih dari gaya "tiki-taka" berbasis penguasaan bola yang membantu Spanyol memenangkan Piala Dunia dan Piala Eropa berturut-turut. Penguasaan bola Spanyol bertujuan menghukum lawan lebih cepat. Transisi kilat jadi senjata yang menyulitkan lawan-lawan La Roja.
"Tentu saja saya mencoba menerapkan ide saya sendiri, sebuah ide yang saya tahu dapat diterapkan oleh para pemain saya di lapangan. Kami mencoba untuk tidak terduga, kami ingin mengendalikan permainan dengan situasi yang lebih dinamis dan transisi yang lebih cepat, berkat para pemain yang sangat cepat," kata De La Fuente.
Ia mengaku yakin para pemainnya percaya kepadanya karena mereka menjalankan instruksinya dengan sempurna sepanjang perjalanan di Euro 2023. Di mata De la Fuente, para pemainnya tidak pernah salah dan telah melakukan hampir semua hal yang diinginkannya dengan benar.
"Mereka (pemain Spanyol) memenangkan turnamen ini dengan sangat aman dan percaya diri dengan cara yang belum pernah kita lihat sebelumnya," ujar dia, merujuk perjalanan Spanyol menuju juara dengan menyingkirkan Italia, Jerman, Prancis serta Inggris.
"Para pemain sepak bola ini adalah contoh bagi masyarakat karena nilai-nilai yang mereka wakili," katanya.
Ia menegaskan, para pemainnya dapat menjadi lebih baik dan memiliki masa depan yang hebat di depan mereka.
"Mereka tak kenal lelah, mereka akan terus berkembang dan berusaha untuk menang. Mereka semua perlu merasa bangga. Saya harap semua orang merasa bangga dengan generasi pemain ini yang dapat membuat sejarah dan memiliki masa depan yang panjang di depan mereka," ujar dia.
Masa depan Spanyol yang cerah diilustrasikan dengan sempurna oleh duo muda yang berperan pada gol pertama tim Matador di final. Lamine Yamal yang berusia 17 tahun memberikan umpan silang kepada Nico Williams yang berusia 22 tahun untuk mencetak gol. Momen yang manis bagi De la Fuente, yang telah bekerja dengan sebagian besar skuadnya selama lebih dari satu dekade ketika ia mulai melatih tim muda Spanyol pada tahun 2013.
Ketika ditanya tentang masa depannya, De la Fuente mengatakan bahwa ia berasumsi akan memperbarui kontraknya sebagai pelatih pada waktu yang tepat.
"Saya tidak khawatir tentang itu sekarang, hari ini adalah hari untuk merayakan dan berbahagia," kata dia menegaskan.
View this post on Instagram