Sabtu 06 Jul 2024 18:08 WIB

Mengapa Partai Buruh Bisa Mengakhiri 14 Tahun Dominasi Partai Konservatif di Inggris?

Pemimpin Partai Buruh, Keir Starmer menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris.

Perdana Menteri Pemimpin Partai Buruh Inggris Keir Starmer menyapa pendukungnya usai menyampaikan pidato politiknya di Tate Modern, London, Jumat (5/7/2024).
Foto:

Belum selesai dengan keruwetan Brexit dan dampak kesengsaraan dari kebijakan pengetatan anggaran, Inggris kembali dihantam oleh pandemi global, Covid-19. Pandemi Covid-19 telah menghambat perekonomian di berbagai penjuru dunia, tidak terkecuali efeknya juga merusak ekonomi Inggris.

Cameron, yang digantikan Theresa May pada 2016 serta kemudian Boris Johnson pada 2019, ternyata juga tidak bisa membuat ekonomi Inggris berjaya lagi. Bojo (panggilan akrab Boris Johnson) diwarnai skandal termasuk Partygate terkait Covid-19, sehingga terpaksa digantikan oleh Liz Truss.

Truss, yang berbagai rencana ekonominya membuat semakin melemahnya mata uang poundsterling sehingga bank sentral Inggris terpaksa mengintervensi, ternyata membuat Truss menjadi perdana menteri tersingkat dengan hanya menjabat selama 50 hari. Penggantinya, yaitu pemimpin Partai Konservatif saat ini, Rishi Sunak, juga dinilai tidak bisa membuat ekonomi Inggris semakin kompetitif, karena masa pemerintahan Sunak diwarnai antara lain dengan meledaknya konflik Rusia dan Ukraina sehingga berdampak pada tingginya inflasi dan naiknya beban biaya hidup warga.

Kali ini, Partai Buruh yang akan menggantikan era Konservatif. Menurut Washington Post, sejak menjadi pemimpin Partai Buruh pada 2020, Starmer telah menyingkirkan berbagai tokoh sayap kiri di partainya sehingga Buruh lebih cenderung untuk ke tengah daripada ke kiri. Starmer juga disebut melemahkan penerapan sosialisme di Partai Buruh dan lebih fokus kepada program "penciptaan kekayaan" serta "stabilitas ekonomi".

Lelaki berusia 61 tahun ini dalam suatu wawancara saat kampanye juga menyatakan akan menghindari bekerja setelah Jumat pukul 6 sore karena ingin menghabiskan waktu makan malam Sabat dengan anggota keluarganya, yaitu sang istri dan dua anaknya yang dibesarkan dengan agama Yahudi. Pernyataan Starmer itu dikritik sejumlah pihak seperti Sunak yang menyindir julukan "perdana menteri paruh waktu" kepada Starmer.

Dengan kondisi perekonomian Inggris yang masih sangat tidak stabil serta dunia yang terus dihantui kekerasan dalam konflik Rusia-Ukraina serta kawasan Timur Tengah yang masih membara, maka jalan Starmer ke depannya juga dipastikan bakal sangat terjal.

 

sumber : Antara, Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement