Jumat 05 Jul 2024 10:08 WIB

Selebrasi Gol 'Salam Metal' Merih Demiral di Euro Bukan Simbol Rasisme, Ini Penjelasannya

Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser menyebut gestur Demiral sebagai simbol rasis

Pemain Turki Merih Demiral merayakan golnya ke gawang Austria pada laga 16 besar Euro 2024, Rabu (3/7/2024). Gesture perayaan gol Demiral dikecam politisi Jerman karena dianggap terkait dengan kelompok ultranasionalis sayap kanan.Grey Wolves
Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi
Pemain Turki Merih Demiral merayakan golnya ke gawang Austria pada laga 16 besar Euro 2024, Rabu (3/7/2024). Gesture perayaan gol Demiral dikecam politisi Jerman karena dianggap terkait dengan kelompok ultranasionalis sayap kanan.Grey Wolves

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selebrasi gol Merih Demiral ke gawang Austria pada babak 16 besar Euro 2024, Rabu (3/7/2024) lalu berbuntut panjang. UEFA mengumumkan membuka penyelidikan atas dugaan "perilaku tidak pantas" atas gesture bek Al Ahli ini.

Demiral dianggap melanggar pasal 31 ayat 4 Regulasi Disiplin UEFA. UEFA menunjuk seorang inspektur untuk menyelidiki hal ini.

Baca Juga

Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser menyebut gestur Demiral sebagai simbol rasisme. Ia mengutuk perayaan gol Demiral yang dianggap menggunakan sepak bola sebagai platform rasisme. "Ini sama sekali tidak dapat diterima," kata Faeser dalam cuitannya di X, dikutip Anadolu, Kamis (4/7/2024).

Setelah mencetak gol kedua pada menit ke-59, Demiral mengatupkan jempol dengan jari tengah dan manisnya, membiarkan jari telunjuk dan kelingkingnya mengacung, mirip salam metal yang dikenal di Indonesia. Namun di Jerman, gestur tersebut dianggap sebagai "wolf salute" atau salam serigala, simbol kelompok ultranasionalis Turki Ulku Ocaklar, yang dikenal sebagai Grey Wolves atau Serigala Abu-abu.

Grey Wolves didirikan oleh Kolonel Alparslan Turkes pada akhir 1960-an, merupakan kelompok sayap pemuda dari Partai Gerakan Nasionalis (MHP) yang juga dibentuk oleh Alparslan. Grey Wolves menjadi terkenal selama kekerasan politik akhir 1970-an di Turki ketika para anggotanya terlibat dalam perang gerilya perkotaan dengan militan dan aktivis sayap kiri.

Grey Wolves dianggap bertanggung jawab atas sebagian besar kekerasan dan pembunuhan dalam periode ini, termasuk pembantaian pada Desember 1978 yang menewaskan lebih dari 100 orang dari kelompok Syiah.

Namun gestur Serigala Abu-Abu tercatat sudah digunakan oleh orang-orang Turki awal sebagai tanda kemenangan, bahkan sampai ditampilkan dalam motif dan patung dari abad keenam. Penggunaan gestur ini secara politis dipopulerkan kembali pada 1990-an oleh Kolonel Alparslan.

Ahmet Tasagil, seorang profesor di Departemen Bahasa dan Sastra Turki di Universitas Yeditepe Istanbul, menekankan arti penting simbol tersebut bagi masyarakat Turki.

"Simbol serigala adalah salah satu simbol paling penting bagi orang Turki," kata Tasagil kepada Anadolu.

"Semua suku Turki yang tinggal di Asia Tengah menggunakan simbol ini selama abad keempat dan kelima. Simbol ini pertama kali digunakan oleh suku Turki yang disebut Wusuns pada tahun 174 SM. Pada abad keempat dan kelima Masehi, motif serigala diadopsi oleh suku-suku Turki yang dikenal sebagai Kao-Ch'e."

Simbol ini mendapatkan status legenda selama pendirian Kaganat Turki pada tahun 552 Masehi. Simbol ini seperti dokumen resmi negara. Selama periode Gokturk, kata Tasagil, para wanita bahkan menggunakan serigala abu-abu sebagai gelar.

"Oleh karena itu, ini tidak ada hubungannya dengan rasisme; ini adalah simbol sejarah," tegas Tasagil.

 

Ia menjelaskan...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement