Kamis 04 Jul 2024 10:41 WIB

Kapolda Sumbar Soal Afif: Kalau Keluar Rumah Jam Tiga Dini Hari, ya Pasti Anak Kurang Baik

Kapolda Suharyono meyakini Afif Maulana meninggal karena melompat dari jembatan.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Mas Alamil Huda
Kapolda Sumatra Barat (Sumbar) Irjen Suharyono (kanan).
Foto: Republika.co.id
Kapolda Sumatra Barat (Sumbar) Irjen Suharyono (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Penyebab kematian Afif Maulana (13 tahun) di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar) masih perdebatan. Kapolda Sumbar Inspektur Jenderal (Irjen) Suharyono menegaskan, penyelidikan yang dilakukan kepolisian meyakini bocah kelas-1 SMP Muhammadiyah-5 Kota Padang itu diduga meninggal dunia karena melompat dari Jembatan Kuranji.

Namun, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang juga menguatkan putra sulung suami-istri Afrinaldi (34) dan Anggun Anggraini (32) itu tewas lantaran disika oleh kepolisian. Suharyono, melalui pesan singkat kepada para wartawan di Jakarta menyampaikan bertanggung jawab atas kesimpulan sebab matinya anak AM itu.

Baca Juga

“Kami (Polda Sumbar) bertanggung jawab bahwa kami yakini, berdasarkan kesaksian dan barang bukti yang kuat, Afif Maulana (AM), melompat ke sungai untuk mengamankan diri, sebagaimana ajakannya ke Adhitya (A). Bukan dianiaya polisi. Itu keyakinan kami,” kata Suharyono, Rabu (3/7/2024) malam.

Polisi bintang dua itu pun meyakini konklusi penyidiknya tentang anak AM yang akan melakukan aksi tawuran sebelum ditemukan mengambang tak bernyawa di aliran sungai dangkal di bawah jembatan. “Percakapan AM dengan saksi kunci jelas, bahwa AM mengajak meloncat (dari jembatan) untuk melarikan diri,” kata Suharyono.

Kata dia, kepolisian menyimpan bukti anak AM mengajak tawuran. Bahkan Kapolda juga menyampaikan adanya temuan tim penyidiknya tentang anak AM membawa senjata tajam (sajam). “Buktinya dia yang mengajak tawuran dengan videonya yang diunggah di HP-nya, membawa pedang panjang di tangannya,” kata Suharyono.

Kapolda melanjutkan penjelasannya tentang anak AM yang baru berusia bocah remaja, keluyuran di jalanan sampai subuh hari. “Kalau anak keluar rumah jam dua, jam tiga dini hari mau tawuran, ya pastinya anak yang kurang baik,” ujar Kapolda.

Penyampaian Suharyono tersebut sebetulnya respons sekaligus sanggahan atas penyampaian-penyampaian yang selama ini disuarakan LBH Padang selaku tim advokasi keluarga terkait tewasnya anak AM. Direktur LBH Padang Indira Suryani dalam banyak kesempatan menyampaikan keyakinannya tentang sebab mati anak AM lantaran disiksa polisi.

“Ada beberapa fakta yang kami dapatkan pada saat kami menangani kasus kematian anak AM ini. Kami memulai dengan pertanyaan awal kenapa kami sangat meyakini ada penyiksaan yang dialami anak AM,” kata Indira saat konfrensi pers bersama Yayasan LBH Indonesia di Jakarta, Selasa (2/7/2024).

Dugaan penyiksaan yang dilakukan kepolisian itu bukan cuma dialami anak AM. Tetapi juga dialami kawan-kawan anak AM yang turut ditangkap dalam aksi pencegahan dugaan tawuran pada Ahad (9/6/2024) subuh. “Kami melihat bahwa yang meyakinkan salah satunya terjadinya penyiksaan itu memang dari foto-foto yang diterima keluarga tentang kondisi jasad korban,” ujar Indira.

Dari foto-foto tersebut, kata dia, terlihat adanya trauma pada mayat anak AM. “Trauma luka-luka itu ada di sebelah kiri. Mulai dari pinggangnya, belakangnya, dan kemudian bagian depannya, dan ini kemudian teridentifikasi dari foto yang kami temukan, dan itu juga ditemukan oleh keluarga. Setelah kami temukan trauma-trauma kekerasan itu, yang membuat kami yakin bahwa anak AM dan juga kawan-kawannya disiksa,” ujarnya.

LBH Padang juga menemukan kejanggalan dalam posisi mayat anak AM saat ditemukan warga di aliran sungai Jembatan Kuranji. “Pada saat ditemukan, mayat anak AM dengan kondisi telentang dengan wajah muka menghadap ke atas. Dengan posisi bagian tangan terangkat-terbuka dengan tapak tangan mengepal,” kata Indira.

Dari pengecekan langsung LBH Padang saat jenazah ditemukan, air sungai hanya sedalam 50-an sentimeter, atau di bawah betis orang dewasa. “Dan ketika kami melihat ketinggian jembatan ke bawah, sekitar 20 meter, dan kami memperkirakan kalau dikatakan dia (anak AM) melompat atau terpeleset, atau dia jatuh dari atas jembatan, maka kondisinya akan lebih remuk,” kata Indira.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Fakta lain yang terungkap. Baca di halaman selanjutnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement