Rabu 03 Jul 2024 20:52 WIB

APHRF 2024 Jadi Forum Sinergi Pemangku Kepentingan Menekan Bahaya Penggunaan Tembakau

Forum ini menghadirkan berbagai narasumber.

Rep: Antara/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Pacific Harm Reduction Forum (APHRF) 2024, forum yang membahas isu mengenai pengurangan bahaya dari penggunaan tembakau di Asia Pasifik, diadakan pada hari ini, Rabu (3/7/2024) di Jakarta Convention Center.
Foto: Dok. APHRF
Pacific Harm Reduction Forum (APHRF) 2024, forum yang membahas isu mengenai pengurangan bahaya dari penggunaan tembakau di Asia Pasifik, diadakan pada hari ini, Rabu (3/7/2024) di Jakarta Convention Center.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asia Pacific Harm Reduction Forum (APHRF) 2024, forum yang membahas isu mengenai pengurangan bahaya dari penggunaan tembakau di Asia Pasifik, diadakan pada hari ini, Rabu (3/7/2024) di Jakarta Convention Center.

Forum ini menghadirkan berbagai narasumber dari instansi pemerintah, akademisi, pakar kesehatan, pelaku industri, dan asosiasi konsumen yang diharapkan dapat bersinergi untuk menekan bahaya penggunaan tembakau.

Baca Juga

Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR), Ariyo Bimmo, menyatakan forum ini merupakan wadah penting bagi seluruh pemangku kepentingan terkait untuk bertukar pengetahuan, pengalaman, serta informasi. Harapannya, forum ini dapat menghadirkan strategi terbaik untuk mendukung implementasi konsep pengurangan bahaya.

“Masalah merokok telah menjadi tantangan kesehatan global yang serius. Di Asia Pasifik, dampaknya sangat signifikan, baik dalam hal kesehatan masyarakat maupun sosio-ekonomi. Namun, di tengah-tengah tantangan ini ada juga kesempatan besar untuk menciptakan perubahan positif yang signifikan,” kata Ariyo dalam sambutannya.

Ariyo meneruskan, kesempatan untuk mengurangi masalah akibat merokok tersebut dapat diwujudkan dengan upaya serta dukungan dari para pemangku kepentingan untuk fokus pada pendekatan pengurangan bahaya berbasis bukti ilmiah serta inovasi. Dengan berfokus terhadap pendekatan tersebut, negara-negara di Asia Pasifik, khususnya Indonesia, dapat mengurangi dampak negatif dari masalah merokok sambil tetap memberikan pilihan kepada perokok dewasa untuk beralih ke produk tembakau alternatif atau berhenti secara total.

“Forum ini bukan sekadar tentang mengatasi masalah merokok saja, tetapi juga tentang mendorong pendekatan yang komprehensif dalam kebijakan publik, advokasi, edukasi masyarakat, dan dukungan terhadap solusi yang lebih rendah risiko, serta praktis bagi perokok dewasa,” kata Ariyo.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penggunaan tembakau telah menyebabkan kematian hampir delapan juta orang setiap tahunnya. Konsumsi tembakau juga merupakan salah satu faktor risiko yang bisa menyebabkan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti kanker, kardiovaskular, hingga penyakit paru-paru kronis. Di Indonesia, berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, jumlah perokok aktif telah mencapai 70 juta orang.

Sebagai organisasi yang mendukung upaya pengurangan bahaya di Indonesia, Ariyo optimistis kolaborasi antara KABAR dan para pemangku kepentingan terkait dapat mencapai kemajuan yang signifikan dalam mengurangi prevalensi merokok. Khususnya mengatasi masalah perokok dewasa yang sukar berhenti demi terciptanya peningkatan kualitas kesehatan publik secara keseluruhan dan berkelanjutan.

“Harapannya dapat terjalin diskusi yang konstruktif untuk menjawab tantangan masalah merokok dan memberikan referensi yang tepat dalam penyusunan kebijakan. Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk terus bergerak maju dan mendukung inisiatif-inisiatif yang mempromosikan kesehatan publik sebagai upaya pengurangan bahaya tembakau,” kata Ariyo.

Forum ini terbagi dalam tiga sesi, yang pertama membahas tentang masalah kajian ilmiah dan sains dengan narasumber Profesor Bambang Prasetya dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, Profesor Amaliya dari Universitas Padjadjaran, dan Kolonel Laut Yun Mukmin Akbar dari Lembaga Kedokteran Gigi RSGM R.E Martadinata.

Pada sesi kedua mendiskusikan mengenai isu kesehatan bersama Profesor Riccardo Polosa, dokter spesialis paru dari Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) dan Rogelio F. Varela Jr. yang merupakan dokter urologi dari Filipina, dan Brigjen (Purn) Alex K. Ginting, dokter spesialis paru.

Untuk sesi terakhir mengulas tentang isu kebijakan dan konsumen. Narasumber dalam sesi ini antara lain Ketua Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar, Kementerian Perindustrian Nugraha Prasetia Yogie, Kepala Sub Direktorat Teknis dan Fasilitas Cukai, Kementerian Keuangan Adi Bowo Wijaya, Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia Harry Prasetiyo, Sekretaris Asosiasi Vaper Indonesia Wiratna Eko Indra Putra, dan Ketua Bidang Produksi Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Eko Prio HC.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement