Sabtu 29 Jun 2024 05:04 WIB

BMKG: Sebagian Indonesia Memasuki Musim Kemarau

Menurut prakiraan BMKG, Jawa hingga Maluku dan Papua sudah memasuki musim kemarau.

Menurut BMKG, sebagian Indonesia memasuki musim kemarau (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Menurut BMKG, sebagian Indonesia memasuki musim kemarau (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan, kemarau mulai melanda sejumlah provinsi yang padat penduduk di Indonesia. Prakirawan BMKG Yuni Maharani mengatakan, provinsi-provinsi seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Maluku, Papua, dan Papua Selatan mulai memasuki musim kering sejak Jumat (28/6/2024) lalu hingga 4 Juli 2024 mendatang.

Delapan provinsi dengan populasi terbanyak di RI itu menambah jumlah kawasan yang telah beralih ke musim kemarau. "Adapun daerah lain yang telah memasuki musim kemarau antara lain Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan juga Nusa Tenggara Timur (NTT)," ujar Yuni Maharani, Sabtu (29/6/2024).

Baca Juga

Ia mengatakan, sistem pemantauan cuaca BMKG telah memetakan potensi kawasan yang sangat mudah terbakar dalam sepekan ke depan. Di antaranya adalah sebagian besar Sumatra, sebagian besar Jawa-Bali, NTB, dan NTT. Demikian pula dengan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian selatan.

BMKG mengimbau masyarakat di wilayah-wilayah tersebut agar tidak membakar sampah atau lahan. Mereka juga diharapkan tidak membuang puntung sembarangan demi menghindari terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Selain itu, BMKG juga meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi kekeringan meteorologis yang merupakan kondisi anomali iklim. Ini mewujud dalam bentuk berkurangnya curah hujan dalam jangka waktu bulanan, musiman, atau bahkan durasi yang lebih lama lagi.

"Dampak kekeringan dapat berupa penurunan hasil panen dan gagal panen, berkurangnya pasokan air bersih, gangguan pada keberlanjutan sumber daya air untuk produksi pertanian dan industri, serta kabut asap yang dapat mengganggu transportasi," katanya.

BMKG telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk segera memitigasi potensi dampak kekeringan. Misalnya dengan melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk pengisian waduk dan membasahi rawan terbakar atau lahan gambut.

BMKG juga merekomendasikan penyesuaian pola dan waktu tanam di wilayah terdampak kekeringan. Masyarakat juga dapat memanen air hujan melalui tandon atau tampungan air, serta sumur resapan di wilayah-wilayah yang masih mengalami transisi dari musim hujan ke musim kemarau.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement