Ahad 09 Jun 2024 17:23 WIB

Yayasan Lentera Ajak Orang Tua Lindungi Anak dari Paparan Iklan Rokok

Menurut survei, prevalensi jumlah perokok anak naik signifikan.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Lentera Anak menggelar Group Run and Walk dalam kegiatan hari bebas kendaraan bermotor di Jakarta Pusat pada Ahad.
Foto: Republika.co.id
Lentera Anak menggelar Group Run and Walk dalam kegiatan hari bebas kendaraan bermotor di Jakarta Pusat pada Ahad.

REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Yayasan Lentera Anak mengajak para orang tua dan publik untuk bersama-sama melindungi anak serta kaum muda dari campur tangan industri rokok. Hal itu karena industri rokok kian masif melakukan pemasaran produk melalui iklan.

"Industri rokok mempengaruhi dan mengganggu kaum muda dengan menghabiskan sekitar 8 miliar dolar AS per tahun untuk berbagai bentuk iklan," kata Project Officer Lentera Anak, Bagja Nugraha dalam keterangan di Jakarta, Ahad (9/6/2024).

Lentera Anak pun menggelar Group Run and Walk dalam kegiatan hari bebas kendaraan bermotor di Jakarta Pusat pada Ahad. Acara jalan kaki dan berlari itu dalam rangka menyambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS).

Bagja menuturkan melalui Group Run and Walk 2024, pihaknya menggerakkan masyarakat, terkhusus anak muda untuk menunjukkan kekuatan persatuan dan mengambil sikap atas hak asasi untuk masa depan yang sehat.

National Professional Officer Policy and Legislation WHO Indonesia, Dina Kania menambahkan, publik harus memberikan dukungan terhadap anak muda dengan menolak segala bentuk pemasaran industri rokok yang masif dalam menyasar anak. Berbagai lembaga dan organisasi menyatukan suara untuk melawan campur tangan industri rokok.

Pasalnya, persoalan perlindungan anak dari rokok perlu kolaborasi banyak pihak. Pada 2023, data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan jumlah perokok aktif di Indonesia diperkirakan mencapai 70 juta orang dengan 7,4 persen diantaranya perokok berusia 10-18 tahun.

Kelompok anak dan remaja merupakan kelompok dengan peningkatan jumlah perokok yang paling signifikan. Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey pada 2019, prevalensi perokok pada anak sekolah usia 13-15 tahun naik dari 18,3 persen pada tahun 2016 menjadi 19,2 persen pada tahun 2019.

Kemenkesmenyampaikan, pertumbuhan perokok aktif di Indonesia tidak terlepas dari industri produk tembakau yang gencar memasarkan produknya di masyarakat, terutama anak dan remaja melalui media sosial.

Perwakilan Gerakan Muda Pengendalian Tembakau atau FCTC, Renaldo Pratama mengatakan masyarakat harus sadar, anak adalah target pasar potensial industri rokok. "Segala bentuk pemasaran dilakukan untuk menyasar anak, mulai dari iklan, promosi hingga sponsor rokok. Jika anak tidak terlindungi dengan regulasi, anak semakin rentan terpapar rokok," kata Renaldo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement