Kamis 06 Jun 2024 09:13 WIB

Sistem Pertahanan Ngadat: 11 Tentara Israel Kena Drone Hizbullah, Satu Kritis

Israel menyiagakan 50 ribu tentara

Pasukan keamanan Israel memeriksa lokasi yang terkena roket yang ditembakkan dari Lebanon, di Kiryat Shmona, Israel utara, Rabu, 27 Maret 2024.
Foto:

Puluhan ribu pasukan cadangan Israel telah dipanggil untuk bersiap melancarkan serangan melawan kelompok Hizbullah ke Lebanon. Pengiriman tentara untuk perang terbuka dengan Lebanon itu tinggal menunggu keputusan Pemerintah Israel.

Israel Broadcasting Corporation melaporkan pada Rabu bahwa tentara sedang menunggu keputusan dari pemerintah untuk menjadikan konfrontasi dengan Hizbullah di Lebanon sebagai “medan perang besar” yang mencakup operasi darat. Hal itu akan mengubah perang di Jalur Gaza menjadi “medan perang sekunder.”

Radio Tentara Israel mengatakan bahwa pemerintah mengizinkan pemanggilan 50 ribu tentara cadangan tambahan sebagai persiapan untuk eskalasi di front Lebanon. Channel 14 Israel mengatakan, perkiraan di Israel adalah bahwa perang dengan Hizbullah mungkin akan pecah dalam beberapa pekan mendatang.

photo
Peluru artileri dengan pesan tulisan tangan terlihat saat unit artileri Israel bersiap menembak menuju sasaran di Lebanon dari lokasi yang dirahasiakan di perbatasan Lebanon-Israel, Israel, 4 Januari 2024. - (EPA-EFE/ATEF SAFADI)

Hal itu terjadi pada saat Israel utara telah menyaksikan kebakaran hutan sejak Ahad yang disebabkan oleh serangan rudal dan drone yang diluncurkan oleh Hizbullah. Serangan itu sebagai bagian dari serangan bom harian yang menyasar tentara pendudukan sejak 8 Oktober lalu.

Pihak keamanan dan pimpinan senior militer percaya bahwa tingkat politik (pemerintah) sekarang harus mengambil keputusan untuk mengubah kenyataan yang tidak tertahankan di wilayah perbatasan Israel utara.” "Ini berarti mengubah front utara menjadi arena konfrontasi utama, sementara Jalur Gaza menjadi medan perang sekunder, pada saat 124 sandera (Israel) masih ditahan oleh Hamas antara yang hidup dan yang mati."

Pada Juli 2006, Hizbullah menangkap dua tentara Israel di perbatasannya yang memicu respons militer besar-besaran dari Israel. Perang tersebut berlangsung selama 34 hari dan mengakibatkan kematian lebih dari 1.100 warga Lebanon dan 165 warga Israel.

Aljazirah melaporkan, tak ada yang secara meyakinkan memenangkan perang, tapi warga sipil Lebanon jelas-jelas jadi korbannya. Israel menghancurkan atau merusak sekitar 30 ribu rumah, 109 jembatan, dan 78 fasilitas medis, menurut Komite Palang Merah Internasional.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah kembali melakukan serangan sporadis ke wilayah utara Israel untuk menekan Israel agar mundur dari Jalur Gaza.  Sejak serangan Israel ke Rafah yang ditentang banyak negara, Hizbullah menggencarkan serangannya. Pada Mei terjadi jumlah serangan Hizbullah tertinggi, yaitu 325 serangan, menurut Pusat Penelitian dan Pendidikan Alma. Setiap hari rata-rata terjadi 10 serangan. Angka itu melonjak dibandingkan 238 serangan pada April dengan rata-rata harian 7,8 serangan.

Hizbullah memiliki setidaknya 60 ribu pejuang, termasuk pejuang penuh waktu dan cadangan. Kelompok ini juga meningkatkan persediaan rudalnya dari 14 ribu pada tahun 2006 menjadi sekitar 150 ribu sekarang. Sebagian besar merupakan rudal jarak pendek, Hizbullah juga memiliki rudal berpemandu presisi buatan Iran yang memiliki jangkauan 300 km. 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan siap melancarkan serangan ekstrem terhadap Hizbullah di Lebanon. Hal ini seiring saling serang antara kedua negara yang makin gencar belakangan.

“Kami siap menjalankan aksi yang sangat kuat di utara,” kata Netanyahu selama kunjungannya ke Kiryat Shmona di perbatasan dengan Lebanon kemarin. Pertempuran antara IDF dan Hizbullah telah meningkat secara signifikan di lokasi dalam beberapa hari terakhir. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement