REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Rumah Sakit Kamal Adwan Palestina pada Ahad (2/6/2024) mengatakan kru kedaruratan dan tim pertahanan sipil menemukan lebih dari 120 jenazah warga Palestina dua hari setelah pasukan Israel meninggalkan kamp Jabalia di Jalur Gaza utara. Ratusan jenazah tersebut ditemukan di jalan yang hancur dan di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh di tengah pembersihan sampah dan puing-puing yang masih berlangsung.
Pada Jumat (31/5/2024), militer Israel mengumumkan berakhirnya serangannya di wilayah Jabalia setelah 20 hari. Sejumlah pihak telah menyatakan bahwa Tel Aviv menyembunyikan angka korban yang akurat dalam serangan yang juga merenggut nyawa 10 tentara Israel itu.
Sebelumnya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mengonfirmasi melalui Telegram bahwa serangan itu dilakukan pada Ahad (26/5/2024) di daerah Tal as Sultan, di Rafah barat laut, "berdasarkan intelijen yang tepat" dan melenyapkan salah satu pemimpin Hamas.
“Sebuah pesawat IAF (Angkatan Udara Israel) dalam serangan berbasis intelijen IDF dan ISA (Badan Keamanan Israel), melenyapkan teroris Yassin Rabia, Komandan kepemimpinan Hamas di Yudea dan Samaria, serta Khaled Nagar, seorang senior resmi di sayap Hamas di Yudea dan Samaria,” ucap IDF.
Hampir 36.400 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak Israel memulai serangannya hampir delapan bulan lalu. Mayoritas korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.
Serangan tersebut juga menyebabkan hingga sebanyak 82.400 warga Palestina lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat. Sedangkan serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan sekitar 1.200 orang.
Sebagian besar wilayah Gaza menjadi reruntuhan di tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan Israel.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) yang keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang.