REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Dua staf medis Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) gugur akibat serangan militer Israel terhadap ambulans yang mereka tumpangi di Rafah barat, Jalur Gaza selatan. Demikian menurut laporan organisasi tersebut.
“Paramedis PRCS yakni Haitham Tubasi dan Suhail Hassouna gugur akibat pengeboman langsung yang dilakukan pendudukan Israel terhadap ambulan Bulan Sabit Merah Palestina di daerah Tal Sultan, sebelah barat #Rafah, saat menjalani tugas kemanusiaan,” tulis PRCS di platform X pada Rabu (29/5).
Pasukan Israel pada Ahad menyerang kamp pengungsi di barat laut Kota Rafah. Menurut dinas pertahanan sipil Palestina, sedikitnya 40 orang tewas dan puluhan orang lainnya terluka.
Keesokan harinya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut serangan udara terhadap kamp pengungsi Rafah sebagai 'kecelakaan tragis'. Penyelidikan masih berlangsung.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengeklaim telah menggunakan amunisi yang tepat dalam melancarkan aksinya.
Israel mengirim pasukannya ke Kota Rafah pada 7 Mei, tujuh bulan setelah kelompok perjuangan Palestina, Hamas meluncurkan serangan di wilayah Israel yang memicu eskalasi konflik terparah di Jalur Gaza dalam beberapa dekade.
Kabinet perang Israel lantas bersumpah akan memperluas operasi militer ke Kota Rafah sampai tujuan mereka untuk melenyapkan semua petempur Hamas tercapai.
Menurut perkiraan PBB, lebih dari 945.000 orang mengungsi dari Rafah sejak Israel menggempur kota tersebut pada 6 Mei.
Pada 7 Oktober 2023 Hamas meluncurkan serangan roket besar-besaran terhadap Israel dan menerobos perbatasan serta menyerang lingkungan sipil dan pangkalan militer. Akibatnya, hampir 1.200 warga Israel tewas dan sekitar 240 orang lainnya diculik dalam serangan tersebut.
Israel kemudian melakukan serangan balasan dan memerintahkan pengepungan total terhadap Gaza dan memulai serangan darat di Gaza untuk melenyapkan petempur Hamas dan menyelamatkan para sandera.
Hingga kini lebih dari 36.100 orang terbunuh dalam serangan Israel di Jalur Gaza, menurut otoritas setempat. Sementara itu, lebih dari 100 sandera diyakini masih ditahan Hamas di Gaza.