Kamis 30 May 2024 06:19 WIB

Misi 'Mustahil' Super Hercules di Gaza yang Berhasil Dituntaskan

Tanggal 9 April 2024, untuk pertama kalinya, pesawat TNI AU terbang di langit Gaza.

Tim Satgas Kemanusiaan TNI AU sukses mengirimkan bantuan ke rakyat Gaza, Palestina.
Foto: Republika.co.id
Tim Satgas Kemanusiaan TNI AU sukses mengirimkan bantuan ke rakyat Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra

Pesawat Super Hercules C130J nomor ekor A-1340 sukses menjalankan misi kala menjatuhkan kotak bantuan berisi makanan dan minuman, obat-obatan, hingga pakaian untuk rakyat Gaza, Palestina. Rekaman video yang menayangkan detik-detik bantuan diterjunkan dari ketinggian 2.000 kaki menggunakan metode airdrop cargo delivery system (CDS) tersebut cukup memuaskan harapan publik Tanah Air.

Bantuan dari masyarakat dan pemerintah Republik Indonesia (RI) sebanyak 20 bundel logistik dengan total 3.200 kilogram (kg), akhirnya bisa disalurkan tepat sasaran. Adalah delegasi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) yang mampu mengemban amanah tidak mudah dan berisiko tersebut.

Pesawat Super Hercules yang baru didatangkan dari pabrikan Boeing, Amerika Serikat (AS) pada pertengahan 2023, pun langsung dimanfaatkan untuk mendukung misi bertajuk 'Solidarity Path Operation'. Tidak mengherankan, kesuksesan tersebut membuat nama baik TNI AU terangkat lantaran teruji dalam menjalankan salah satu tugas operasi militer selain perang (OMSP).

Uniknya, proses pengiriman bantuan ke Jalur Gaza berlangsung pada Selasa, 9 April 2024. Selain bertepatan dengan akhir bulan Ramadan 1445 Hijriah, pada hari itu pula TNI AU memperingati dirgahayu ke-78. Sebuah kebetulan atau memang sudah direncanakan sebelumnya. Yang pasti, Mission Commander Kolonel Pnb Noto Casnoto bangga dengan seluruh personel tim bantuan kemanusiaan yang ikut terlibat.

"Misi tersebut sukses dilaksanakan pada 9 April 2024, tepat pada HUT TNI AU yang diperingati setiap tanggal 9 April dan yang bertepatan juga dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri di Palestina," ucap Noto yang juga Danwing I Lanud Halim Perdanakusuma kepada media di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Capaian tim satgas kemanusiaan tentu layak dimasukkan ke dalam buku sejarah. Pasalnya, untuk pertama kalinya pula, pesawat angkut TNI AU bisa terbang di langit Gaza yang dikendalikan penuh oleh militer Israel. Sebuah misi yang sebenarnya hampir mustahil untuk dijalankan. Apalagi, RI tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Faktanya, TNI AU bisa menuntaskan tugas yang diberikan pemerintah RI. 

Kolonel Noto menjelaskan, pesawat Super Hercules berangkat untuk mengirimkan bantuan dari Lanud King Abdullah II (KA2) di Zarqa, Yordania sekitar pukul 11.36 waktu setempat atau 15.36 WIB. Karena melalui daerah operasi, Super Hercules pun akhirnya dikemudikan secara manual ketika berada di atas wilayah Gaza. 

Tepat pukul pukul 12.50 waktu setempat (16.50 WIB), penerbang Super Hercules melakukan lokasi penerjunan (dropping zone/DZ) bantuan di Gaza. Bantuan yang diterjunkan untuk rakyat Gaza berupa 20 paket yang masing-masing beratnya 160 kilogram. Setelah dipastikan semua paket bantuan diturunkan, pesawat segera meninggalkan wilayah udara Gaza menuju ke Yordania.

Pesawat angkut terbaru TNI AU tersebut mendarat kembali dengan selamat di Lanud King Abdullah II pada pukul 13.47 waktu setempat (17.47 WIB). Noto menjelaskan, timnya sudah melakukan antisipasi dan simulasi menyikapi keadaan itu. Hal itu lantaran Israel sepertinya tidak mengizinkan Super Hercules melakukan komunikasi selama berada di langit Gaza. 

Dia pun bersyukur, berkat kerja sama yang baik antara TNI AU dan Royal Jordanian Air Force (RJAF) atau AU Yordania, semua kru pesawat dapat berhasil menyelesaikan misi dan pulang dalam keadaan aman. "Alhamdulillah, terima kasih atas kerja sama semua pihak yang terlibat dalam kolaborasi yang baik antara TNI dan tentara Yordania ini," ucap Noto.

Meski terkesan berjalan mulus, namun sebenarnya operasi pengiriman bantuan itu berlangsung dramatis dan menegangkan. Ketika pesawat Super Hercules transit di Pangkalan Paya Lebar, Singapura, Noto menjelaskan tentang kerumitan pengiriman bantuan ke Gaza kepada Dubes RI untuk Singapura, Suryopratomo.

Menurut Noto kepada Suryopratomo yang mengunggah cerita itu melalui akun Instagram-nya, ketika pesawat angkut C-130 J sudah meninggalkan Lanud Halim Perdanakusuma menuju Yordania pada 29 Maret 2024, sebenarnya izin dropping belum diberikan oleh militer Israel. Alhasil, tim satuan tugas kemanusiaan harus menunggu kepastian di Yordania.

Dua kali pula penundaan dilakukan Israel ketika pesawat TNI AU sudah siap untuk terbang menerjunkan bantuan. "Kami sudah menyampaikan, kalau sampai 'pukul 08.00 waktu setempat tanggal 9 April (2024) izin tidak diberikan, kami akan kembali ke Tanah Air'. Hanya 30 menit sebelum tenggat waktu, akhirnya izin diberikan," ucap Noto kepada Suryopratomo saat transit mengisi bahan bakar di Pangkalan AU Singapura tersebut.

Komandan Pesawat Letkol Pnb Alfonsus Fatma Astana Duta menambahkan, ada 15 penerbangan darı sembilan negara yang melakukan dropping pada 9 Maret 2024. Karena waktu yang terbatas dan situasi di lapangan sangat dinamis, akhirnya Super Hercules tidak bisa terbang lebih rendah dari menjadi ketinggian ideal.

"Karena situasinya tidak terlalu kondusif, kami tidak mungkin terbang lebih rendah. Akhirnya dropping dilakukan dari ketinggian 2.000 feets di area dropping yang sudah ditentukan," kata Alfonsus yang menjabat Komandan Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma.

Selain bantuan untuk rakyat Gaza, pemerintah RI juga menyumbangkan sebanyak 900 unit parasut kepada Kerajaan Hashimiyah Yordania yang dibawa tim satgas kemanusiaan TNI AU. Bantuan parasut dimaksudkan agar  AU Yordania atau RJAF bisa menggunakannya ketika akan mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang diterjunkan melalui udara di lain kesempatan.

Berhasil berkat diplomasi

Co-founder Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS), Dwi Sasongko mengapresiasi capaian TNI AU yang sukses menjalankan misi berbahaya dan tergolong mustahil tersebut. Menurut dia, torehan tim satgas kemanusiaan TNI AU layak dibukukan lantaran bisa terbang di wilayah udara yang dikuasai negara Israel, yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan RI.

Dwi pun mencatat, tanggal 9 April 2024, untuk pertama kalinya, ada pesawat TNI AU dan RI yang bisa terbang melintasi wilayah Palestina. "Ini jelas membanggakan bagi TNI AU, dan secara khusus bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, TNI AU juga membuktikan jika pengadaan pesawat Super Hercules sangat tepat, karena bisa mendukung segala operasi yang dilakukan pemerintah RI terkait kebijakan negara," ujar Dwi.

Dia juga tidak memungkiri, Super Hercules bisa menyalurkan bantuan ke Gaza, tidak lain tak bukan berkat jalur diplomasi yang dilakukan Presiden Terpilih sekaligus Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dengan Raja Yordania Abdullah II. Prabowo dan Raja Abdullah memang berkawan sejak lama, sehingga hal itu membantu misi TNI AU untuk memasuki wilayah udara Gaza.

"Sekali lagi, misi ini bisa terwujud berkat sinergi yang baik semua pihak, khususnya TNI AU, Mabes TNI, Kemenhan, dan pemangku kepentingan lain yang ikut mendoakan sehingga 26 orang yang tergabung dalam satgas kemanusiaan bisa pulang dengan selamat. Itu yang terpenting," ucap Dwi.

Pendapat itu juga dibenarkan oleh Kepala Biro Humas Kemenhan, Brigjen Edwin Adrian Sumantha. Menurut dia, pengiriman bantuan lewat udara untuk rakyat Gaza merupakan hasil dari diplomasi dan hubungan baik antara RI dan Yordania, melalui kolaborasi yang dimotori oleh Menhan Prabowo dengan Raja Abdullah II.

Adapun Prabowo dan Abdullah II merupakan sahabat lama sejak keduanya menempuh pendidikan di Fort Bragg, Amerika Serikat pada medio 80-an. "Pada 12 Maret 2024 via telepon, Menhan Prabowo menyampaikan kepada Raja Abdullah II mengenai keinginan Presiden Jokowi agar Indonesia bisa mengirimkan bantuan langsung ke Gaza," ucap Edwin.

Komunikasi itu ditindaklanjuti dengan kunjungan kehormatan Dubes Yordania untuk Indonesia Sudqi Al Omoush di kantor Kemenhan, Jakarta Pusat pada 21 Maret 2024. Kepada Menhan Prabowo, Dubes Sudqi mengundang RI untuk berpartisipasi dalam operasi peluncuran bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui udara yang diinisiasi Raja Abdullah.

Setelah pertemuan itu, disepakati TNI AU bersama RJAF menggelar misi dropping bantuan ke Gaza secara bersama. Sampai pada hari yang ditentukan, TNI AU bisa menyalurkan bantuan yang dibawa dari Indonesia dan dijatuhkan di wilayah Gaza.

Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menyebut, pengiriman bantuan lewat udara dilakukan serentak dengan melibatkan sejumlah negara. Pun hanya Indonesia yang ikut misi operasi, namun tidak memiliki hubungan diplomasi dengan Israel.

"Misi tersebut dilaksanakan secara masif berkolaborasi antara Angkatan Udara Indonesia dengan Angkatan Udara Yordania, Mesir, UEA, Inggris, Belanda, Jerman, Prancis, dan Amerika Serikat. Semua paket bantuan berhasil diterjunkan dengan aman di jalur Gaza yang sedianya diterima langsung oleh masyarakat Palestina," ujar Agus.

Secara khusus, ia bangga dengan torehan yang dilakukan tim satgas kemanusian TNI AU. Agus mengungkap, ia mendapat apresiasi dari berbagai kolega internasional, termasuk dari Palestina. Menurut Agus, pemerintah Palestina sangat menghargai bantuan dan kepedulian yang diberikan RI.

"Misi ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Palestina dan masyarakat internasional yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang cinta damai dan selalu siap membantu mereka yang membutuhkan," ucap Agus.

photo
Super Hercules Terbang di Langit Gaza - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement